|
|
|
|
|
|
D
|
i dalam diri ada
sebuah kehidupan, dan di dalam kehidupan tersimpan sebuah diri yang penuh
dengan bakat yang tidak akan pernah terfikirkan, di dalam sebuah masalah pasti
ada jalan keluar, dan di balik sebuah adanya jalan keluar pasti ada sebuah
pengorbanan yang pasti itu tidak akan mudah
untuk menggapainya. Dan sungguh tidak akan mudah untuk meakukannya, terkadang
manusia itu putus asa akan apa yang dia miliki karena tidak pernah sebanding
dengan orang lain dan tidak akan pernah bisa di bandingkan dengan orang lain
karena di balik bakatnya itu ada sebuah bakat yang tidak di miliki oleh orang
lain dan tidak akan pernah di miliki oleh orang lain, sebuah kisah yang tidak
akan pernah berakhir dan tidak akan pernah berawal karena kisah yang ini
menuliskan tentang seorang yang tidak pernah belajar untuk bersyukur akan apa
yang dia miliki dan seorang yang tidak pernah percaya diri akan apa yang dia
miliki.
Sebuah kisah yang di awali dengan kehidupan seorang yang
sangat merindukan sebuah kehidupan yang sebenarnya, dia pergi ke sana dan
kemari hanya untuk mencari jalan keluar dan lari dari kenyataan, di umurnya
yang masih sangat muda, duduk di bangku SMK dia mulai memberontak dan tidak
pernah mensyukuri kehidupanya yang sebenarnya, karena dimasa kecilnya dia tidak
pernah merasakan kehadiran seseorang yang benar-benar mencintai dan menyayangi
dirinya, “memang kehidupan ini bagaikan sebuah perahu yang patah dayungnya,
pasti dia akan terombang-ambing tidak tahu kemana dia akan pergi, seperti itu
lah kehidupan ini” terkadang jikalaupun ada seorang yang melihat dia, pasti itu
bukan karena kasih sayang tetapi itu karena belas kasihan yang hanya sekedar
belaskasihan sementara saja, di balik semua kehidupannya bagai tiada harapan
yang pasti untuk hidup dan untuk berhenti dari kesakitan di hidupnya, memang
dia melakukan aktifitasnya sehari-hari sebagai orang yang normal tetapi di
balik semuanya itu, bagaikan seorang pelakon di balik layar yang menangis tak
tahu arah apa yang mau di tangisi karena kehidupan yang sungguh menyiksa harapanya.
D
|
i
suatu pagi yang cerah dia belajar untuk melangkah dari kehidupannya yang
mungkin sudah tidak menentu, dia mencoba untuk tetap berusaha dan tetap
semangat dalam menjalani kehidupanya, dia belajar untuk menatap ke arah depan
dan mencoba untuk membuka lembaran baru di kehidupanya yang nyata ini, dia
pergi ke seorang dukun yang mungkin dia merasa itu adalah jalan terakhir untuk
mendapatka uang yang banyak dan ke senangan di dalam kehidupanya, dia memasuki
perkampunya yang masih sangat kuno di banding kehidupan nyata sekarang, memang
pedesaan itu sangat jauh dari perkotaan, dia memasuki desa itu di ambang
gerbang desa itu sunggguh sangat menyeramkan di tengah keadaan malam hari yang
sangat menyeramkan membuah sekujur bulu kuduknya membungkam naik, dengan derap
kaki yang begitu hati hati karena menginjak dedaunan yang sangat banyak
bertebaran di jalan membuah keadaan semakin sunyi, dia terus melangkah,
seketika itu juga dia melikat sekumpulan orang tua yang sedang berkumpul di
sebuah pondok, mungkin itu adalah sebuah pos jaga, dengan hati hati dengan
mengatur langkah yang sudah di ambang gemetar, dia mencoba untuk percaya diri
melangkar ke arah tetua-tetua itu, dia terus melangkah setiba di depan pondok
itu dia mempercayakan dirinya untuk membuka mulut dan mengatur bicaranya
sebagaimana orang terhormat, tetapi sebelum dia siap mengumulkan rasa percaya
dirinya itu langsung saja seorang tetua itu langsung menyapa dia dengan ramah
mau, “kemana nak dan ada urusan apa datang kemari malam-malam begini”. Dengan
mulut yang bergetar dia menjawab tetua itu, “ saya maa,, maaauu meenncaccacari
seorangggg pintarrr yang katanya ada di
daerararaah siiinniii pak” langsung dengan muka yang di barengi dengan senyuman
tetua itu menjawabnya” oooo itu si empu yang di pojok jalan sana.. memang
sangat banyak orang yang datang kesitu dan pada akhirnya kembali dengan isak
tangis, tidak usah kesana nak mungkin nanti kamu orang berikutnya yang di
sakiti oleh empu itu “. Dengan lantang dia langsung menjawab” ooo tidak usah
khawatir pak saya pasti akan baik baik saja ko, terimakasih banyak pak sudah
menolong”. Dia langsung melangkahkan kakinya langsung pergi meninggalkan tempat
itu menuju sebuah rumah yang sudah kumuh dan sangat reot mungkin kita kita umur
rumah itu sekitar ratusan tahun. Setelah beberapa meter melangkah dia melihat
sebuah pelita yang terbuat dari bambu datang menghambiri dia di berengi dengan
seorang perempuan yang sudah sangat tua, mungin umurnya 90 tahunan, tetua itu
langsung saja menghampirinya dan menyapa dia, ada urusan apan nak datang
kemari, langsung dengan lantang nya dia menjawab” saya ingin berguru nek saya
ingin punya kekuatan yang tidak orang miliki,” nenek tua itu menjawabnya
“
kekuatan seperti apa itu nak yang kamu inginkan”
“
saya ingin kekuatan jika orang melukai saya, saya tidak akan bisa terluka
olehnya dan benda setajam apapun yang dia miliki itu tidak akan bisa melukai
saya”
“kalau
begitu besok malam hati di tengah malam hati datanglah lagi kemari dan bawalah
seekor ayam kampung yang berbulu hitam”
Setelah
beberapa saat lamanya dia berbincang dengan nenek itu dia keluar daripondok itu
dengan muka yang begitu merasa puas dengan apa yang dia dapatkan dia langsung
berlari sambil tertawa sekencang mungkin, tanpa menyadari dirinya ada di sebuah
pedesaan yang begitu tentang.
Setelah
keesokan harinya, tepat pada jam 12 dia mendatangi rumah empu tersebut sambil
membawa seekor ayam hitam di tangan kirinya. Dengan percaya diri dia
mempelajari semua apa yang di katakan oleh nenek tua itu, dan tidak lama kemuadia
di dia bisa menguasai ilmu itu dan merasa puas dengan semua yang dia miliki.
Dari situlah berawal dia merasa kehidupanya menguasai semua orang yang berada
di dekatnya tanpa memperdulikan perasaan orang, dan tanpa berfikir orang itu
sakit hati atau tidak. Seketika itu juga seorang kakek langsung menegur saya
dengan sapaan ramah “ habis dari mana cu,,,?? Kenapa akhir-akhir ini sering
sekali lewat dari sini, jangan sering-sering bergaul dengan orang-orang disini
yah cu,, banyak oran disini yang hanya bisa membohongi orang-orang saja, tetapi
saya terus melanjutkan perjalanan saya tanpa memikirkan omongan dari kakek
tersebut.
Hari berganti hari semua kehidupan
ini semakin hari semakin membuat kehidupan ku semakin tak terkendali, dengan
ilmu yang saya miliki saya terus menyombongkan disi menjadi penguasa di pasaran
dan menjadi orang yang di takuti semua orang, tanpa memperhatikan bagaimana
kelanjutan hidup ini kelak setelah selesai dari langkah kaki yang sedang
terikat oleh kuasa okultisme ini. Saya terus menyombongkan disi bahkan memukuli
setiap orang yang menantang atau tidak mendengarkan apa yang saya katakan,
sampai seketika ada seorang hamba Tuhan yang menegor saya seketika saya sedang
managih pajak preman di pasaran, saya tidak sengaja manabrak seorang perempuan,
yang paras sangat cantik di mata saya, saya terus memandanginya sehingga mata
saya terpaut dan terbius oleh kecantikan dari perempuan tersebut, tanpa sadar
saya langsung menegor perempun tersebut, menanyakan siapa namanya, dari mana
asalnya, dan apa pekerjaannya, tetapi di saat saya mendengar apa pekerjaan dari
perempuan tersebut betapa terkejutnya hati ini mendengar perkerjaannya adalah
seorang pelayan Tuhan yang tepatnya seorang pendeta muda, perasaan dari dalam
hati saya langsung berubah, membuat hati saya seperti di bakar oleh api amarah
yang begitu tak menentu, seketika itu juga saya langsung mendorong perempuan
itu sampai terpelanting ke tanah, memang dari dulu sejak kecil saya tidak
pernah suka dengan pelayan Tuhan karena seorang pelayan Tuhan adalah seorang
yang sangat menyeramkan di benak saya, karena seorang hamba Tuhan yang saya
kenal adalah seorang hamba Tuhan yang sangat kejam dan tidak
berperikemanusiaan, karena di setiap saya melawan orang lain dan tidak
mendengarkan kata-kata dian saya selalu di beri hukuman, yang selalu membuat
saya jera akan kelakuan saya itu.
Lama waktu setelah kejadian itu saya
di landa sebuah kejadian sayang sangat tragis, dan tidak pernah terfikirkan
oleh benak saya sebelumnya, di waktu saya pergi dengan teman-teman saya
berlibur jauh dari keramaian ke sebuah puncak, kami di rajian dan di tangkap
oleh kepolisian di tengah jalan karena di jok mobil kami di temukan sebungkus
sabu-sabu berukuran 1 kg, di bungkus dengan koran dan kantong plastik, dan
kejadian itu jugalah yang membuat saya di jerumuskan dan di masukkan ke dalam
rutan, di dalam rutan saya merasakan hal yang tidak pernah saya rasakan, dimana
saya di masukkan ke dalam bak mandi dan di rendam selama setengah hati, dan di
masukkan ke dalam kain sarung kemudian di pukuli sampai semua tubuh ini terasa
seperti di pecahkan.
Begitulah kehidupan berjanjut selama
5 bulan di dalam sel, saya tidak di sidang karena kasus saya tidak di
selesaikan dengan baik, saya merasa dunia ini tidak ada gunanya, tidak tau mau
kemana arah dan tujuan hidup ini dan bagaimana atau kemana kaki ini akan
melangkah, akan tetapi akan adanya sebuah tekad di dalam diri saya yang membuat
saya selalu bertahan karena tuntutan dari keluarga saya yang selalu
menginginkan kesuksesan kepada saya, sehingga setelah enam bulan saya di dalam
sel, saya di sidang dan di putuskan tidak bersalah, saya tidak mengerti akan
apa yang terjadi seperti ada seorang yang menolong saya, tetapi pada waktu itu
saya berkeyakinan yang menolong saya itu adalah sesuatu yang mengikuti saya itu
yang pernah saya terima di waktu berguru dulu.
Setelah beberapa minggu pulang ke rumah, saya merasa
tidak betah lagi di dalam rumah, kemudian saya memutuskan tekad ingin merantau
ke jakarta dan menuntut kehidupan di jakarta, dengan merasa bisa berdiri
sendiri tanpa bergantung kepada orang lain, saya meminta ijin kepada orang tua
saya, tetapi orang tua saya tidak mengijinkan saya pergi untuk merantau, karena
orang tua saya tinggal seorang diri, sejak dari kecil kami sudah di tinggalkan
oleh orang tua saya yang laki-laki sampai saya tidak mengenal sedikitpun orang
tua saya yang laki-laki, begitu pula dengan nenek saya yang sangat saya kasihi
dia bersikeras menginginkan jikalau saya yang meneruskan pekerjaannya,
berjualan baju-baju di pasar, tetapi saya tidak menghiraukan itu semua, tekad
saya sudah bulat ingin merantau ke jakarta, setelah beberapa minggu kemudian
saya meminta ijin pergi meninggalkan rumah, memang berat rasanya, melihat orang
tua saya menangis, begitu juga nenek saya dengan pilu di mata yang menetes
bagaikan air yang mencurah tak henti-henti dia terus berkata dan meminta supaya
saya jangan pergi, dengan berat hati saya meninggalkan rumah tepat jam 20:15
WIB. Saya menggakat kaki dari rumah dan pergi ke pasar untuk berangkat ke
jakarta, hanya dengan uang 100 Ribu di dompet tanpa ada tiket bus, setiba di loket
saya langsung menunggu bus tersebut, tak lama kemudian bus datang dan berhenti
sejenak, saya pun langsung menaiki bus itu hanya dengan sebuah ransel dan 3
potong baju di dalam nya, bus berangkat tepat pada jam 23:20 WIB. Saya tidak
lupa akan hal itu karena itu pertama kalinya saya meninggalkan rumah sejauh
mungkin dengan tekad bisa menghidupi diri sendiri. Setelah beberapa saat
kemudian saya di bangunkan oleh kenek dari bus tersebut dan di mintai tiket,
saya bilang terus terang saya tidak punya dan di minta uang, saya berfikir uang
saya tinggal 100 Ribu bagai mana saya nanti mau makan kalau saya kasi itu, dan
saya bilang saya tidak punya uang bang, saya pun di turunkan di tengah jalan ti
tengah-tengah kegelapan malam saya tidak tahu kemana arah kaki ini akan
melangkah, setelah sejauh mungkin saya berjalan kaki, saya menemukan sebuah
pondok yang terbuka saya berhenti sejenak disana meminta segelas kopi dan
sebatang rokok. Tak sadarkan diri ternyata ada sebuah bus yang lewat dan
berhenti sejenak, dan saya pun menaikinya, setelah beberapa jam kemudian saya
di turunkan lagi karena tidak memiliki uang, karena tekad saya sudah bulat
ingin merantau ke jakarta, saya bersikeras meneiki mobil yang arah ke jakarta
sehingga saya pun sampai di pelebuhan merak dengan meneiki mobil dan di
turunkan sebanyak 13 kali, sungguh malu rasanya akan tetapi karena tekad saya
sudah bulat saya akan merantau ke jakarta, setelah sampai di pelabuhan merah
saya masuk ke dalam sebuah truk yang berisi batu-bata sampai di dalam kapal
saya langsung pergi ke atas dimana tempat orang-orang tertawa dan
bercanda-cana, saya merasa tidak ada yang menemani saya dan saya pu tidak
mengenal seorang disana, saya hanya duduk merenung menikmati angin laut sambil
mengisap sebatang demi sebatang rokok, sehingga sampai ke seberang.
Waktu berjalan dengan cepat sehingga mengharuskan saya harus
melanjutkan perjalanan yang begitu memilukan tanpa sesuap nasi ada di perut
tetapi demi tekad yang kuat harus melakukanya, setelah melihat daratan sudah
mulai dekat saya langsung turun ke parkiran truk, dan saya masuk di dalamnya,
suasananya sihhh,, memang panas tetapi mau gak,mau harus di lakukan karna uang
di saku tidak mencukui.
Tanpa berfikir panjang sayapun masuk ke dalam sebuah kotak
yang berisi buah apel, pertama saya memperhatikan sekeliling saya, sesudah
tidak ada orang lagi saya langsung masuk ke dalam kotak tersebut, rasanya
seperti di bakar api di dalam kuali, hahaha,,haha,,hahaha, setelah beberapa
saat saya di dalam kotak tersebut, saya mulai merasakan goncangan sedikit demi
sedikit, saya berfikir mobil itu sudah jalan, tetapi tidak sesudai dengan
harapan saya, yang ada malah tutup dari kotaknya itu terbuka sedikit demi
sedikit, saya merasa heran kenapa ada yang tahu bahwa saya ada di dalam kotak
ini saya langsung buru-buru mengubur diri saya dengan buah-buah apel itu sampai
tak sedikit cayaha dari luar bisa saya lihat, saya merasa senang terbebas dari
semua itu, tetapi sesudah lama kemudian saya melihat cahaya yang keluar
perlahan dari satu sisi ke arah saya ternyata apel-apel dalam kotak itu di
keluarkan saya pun melihat sesosok pria berseragam berdiri di depan saya
memakai seragam coklat dengan pistol di pinggangnya, saya merasakan darah saya
sudah mau tumpah keluar dari dalam tubuh saya, dengan senyum saya menyapa dia,
se...se..ssse..selamat sore pak, rasa-rasanya mungkin lidah saya sudah mulai
kaku karna kebanyakan makan apel di dalam di dalam kotak itu, perasaaan saya
mulai tidak enak melihat mimit muka orang yang berada di sekitar itu,,, tetapi
saya tetap memberanikan diri untuk keluar dari kotak buah itu,, sebenarnya sih
agak sulit karena kotak buahnya bukanlah kecil,, tetapi karena keadaan,, itu
terasa mudah dan ringan,,, badan saya terasa sangat ringan sehingga membut saya
begitu mudah menggangkat badan saya keluar dari kotak itu,, setibanya saya
keluar dari kotak itu saya langsung di bawa ke sebuah kantor, saya tidak tahu
itu kantor apa tetapi yg saya fikir itu mungkin kantor pengusrus dermaga, saya
di tanyai banyak hal disana, mulai dari asal usul, umur, nama ibu, nama ayah,
dan banyak hal lagi, tetapi satu hal yang sangat menggelikan bagi saya adalah di
saat bapak itu menanyakan marga saya, saya berfikir kenapa dia tau kalau saya
ini punya marga, pikir saya. Tetapi dalah segala keterpaksaan saya berbicara
jujur kepada bapak tersebut, saya langsung mengatakan “ saya orang batak pak,
saya marga Harahap “ sahut saya dengan jelas, kemudian wajah seram dari bapak
tersebut langung berubah menjadi senyuman yang menghilangkan suasana tegang,
saya menjadi merasa tambah bingung dengan bapak itu, tetapi tak lama kemudian
menyudahi senyumannya yang membuat saya penasaran itu terjawabkan “ kamu orang
batak juga yaa,, hahahahaa saya juga orang batak marga saya pasaribu, ini hal
bukan hal yang pertama yang saya temui makanya saya tertawa karna bukan satu
dua orang lagi orang batak yang kepergok mencuri di kapal” sahutnya dengan senyuman yang tak jelas
kemana arah mukanya, “ tapi pak saya bukan bermaksud mencuri saya hanya
bersembunyi karna di tempat persembunyian saya ada makanan yahhh mau gak mau
kan saya makan pak,, mubazir toh,,” sahut saya dengan muka ngeles, perkataan
saya itu membuat wajah bapak itu berubah kembali menjadi seram bagaikan singa
yang mau mencengkram mangsanya, tetapi saya terus menatap wajah bapak itu karna
saya paling tidak suka kalau saya di bilang pengecut, tak lama kemudian bapak
itu membalas tatapan saya sambil mengetik-ngetik sesuatu di komputernya, “
yaudah karna umur kamu masih muda dan kamu sudah mengakui kesalahan kamu, saya
membiarkan kamu pulang dan temui ibu kamu dan akui juga kesalahan kamu”
mendengar kata-kata itu saya langsung mengambil tas ransel saya dan lansung
berlari tanpa arah yang saya pikirkan saya harus lari jauh dari tempat itu, tak
lama saya pun menghampiri sebuah warung makan yang bau dari warung itu sangat
wangi karna bau-bau ayam goreng menghampiri hidung saya, saya tidak tahan dan
saya pun memasuki warung tersebut dengan modal dengkul,,,, hahahha jika di
pikirin sagak sedikit lucu sih tapi apalah daya perut sudah berkata makanlah yg
banyak majikanku, semua isi perut baik itu cacing cacing sudah bernyanyi dengan
merdunya, tak lama kemudian saya pun di hampiri oleh pedangangnya, “ makan karo
opo mase “ pertama saya merasa bingung dengan apa yang di katakan karrena baru
kali itu saya mendengar bahasa jawa, tetapi dengan memberanikan diri saya
menjawab ibu itu,” ibu saya bukan orang jawa jadi jangan pake bahasa jawa sama
saya yah bu,, “ dengan polosnya ibu itu menjawab. “ ooo sampem ra iso wong jowo
toh hehehe maaf. “ karena ketidak mengertian saya akan bahasa dari ibu itu dan
juga mungkin karena dorongan dari paduan suara para cacing peliharaan saya yang
bernyanyi dengan merdunya di dalam perut saya, saya langsung berdiri dan
langsung berteriak “ ibu saya sudah katakan saya tidak mengerti bahasa jawa dan
jangan berbahasa jawa kepada saya “ tetapi ibu itu menjawab kembali kepada saya
“ ojo nesu-nesu toh mas “ mendengar perkataan ibu itu yang tida nyambung kepada
saya dan karena pada waktu itu juga saya tersindir dengan perkataan si ibu itu,
karena saya terlalu berkeringat mungkin gara-gara panasnya suasana, saya pun
menghabisakan banyak tisu dari atak meja itu tetapi karena mengingat perkataaan
ibu tadi saya meneriaki dia kembali “
apa...? tisu tisu lagi kau bilang emang kalau ku habiskan tisunya kenapa
rupanya.. mau marah kau kan aku mau makan disini juga jadi wajib ku habiskan”,
“ waduh mase iki loh di bilang nesu malah bahas tisu, dengan wajah malu saya
menyahut ibu itu “ ooo nesu nya bu..?
apa itu nesu makanan yah bu yaudah saya pesan itu “ sahut saya dengan
penuh percaya diri, ibu itu malah membalasnya dengan senyuman manis tanpa
berkata apa-apa lagi.. tetapi ada bapak lagi yang langsung menegor saya dengan
bahasa batak, sayapun merasa bangga bisa bertemu dengan orang batak di jawa,
tak lama kemudian si bapak itu pun menjelaskan semua yang di katakan ibu tadi
kepada saya, dengan wajah memerah dan malu saya mendekati ibu itu dan pelan-
pelan berkata “ bu ,, sebenarnya saya mau pesan nasi sama ayam di goreng”
dengan senyuman ibu itu menyahut saya “ oooo ayah goreng toh,, yo wesss tak buatin se yo mas duduk ae wesss minum dulu “ lalu
sayapun memulai perbincangan juga dengan bapak yang tadi dan ternyata bapak itu
juga adalah seorang sopir truk yang mana bapak itu juga mau berangkan ke
jakarta, saya pun ikut dengan bapak itu dan sampai di jakarta, saya duduk di
belakang truk karena mereka sudah duduk berhimpitan di depan tetapi karna
keadaannya itu sudah agak malam sayapun tidak merasa panas di dalam bak truk,
setelah beberapa lama truk berhenti dan saya pun menengok ke luar truk ternyata
saya sudah melihat gedung- gedung yang begitu tinggi – tinggi sampai saya
merasa pusing melihat dari bawah ke atas, tak lama kemudian si bapak sopir itu
datang menghampiri saya, “ deg ini sudah di jakarta barat deg, truk ini hanya
bisa sampe sini aja deg gak bisa sampe jakarta pusat, dengan hati yang penuh
dengan gembira karena saya sudah sampai di jakarta saya langsung turun dari
mobil dan melompat dengan girangnya, “ maksi bapak, kalau begitu saya disini aja “
Tidak jauh dari tepat saya turun dari truk tersebut saya
langsung berjalan ke keramaian kota, gedung pertama yang saya masuki ialah
gedung rokxy Square, melihat gedung yang begitu megah saya meras sangat senang
sekali dengan hati yang bangga sudah sampai di jakarta saya tidak tahu hari
sudah mulai sore dan jam tangan di tangan saya sudah mengarah ke jam 6 sore,
begitu saya sadarkan diri saya langsung naik ke atas gedung lantai paling atas,
dari atas gedung saya melihat dari kejauhan keramaian kota jakarta yang begitu
indah dan menawan membuat hati saya merasa tambah puas dengan apa yang saya lihat,
saya melihat keindahan kota jakarta yang di hiasi oleh banyak lampu yang
berwarna warni, dengan itu saya menjadi merasa inikah surga itu. tetapi yang
membuat saya bertanya-tanya di dalam hati saya adalah bagaimana saya harus
pulang dan kemana tujuan saya ke depan..? pada waktu itu saya belum tau betul
dan belum percaya sepenuhnya dengan Tuhan Yesus jadi saya tidak terlalu
memantingkan dengan yang namanya gereja dan doa dan apapun itu yang ada di
dalamnya, saya tidak pernah mengambil pusing itu semua.
Dia saat saya merasakan tiupan angin yang begitu mulai
menusuk ke tulang gara-gara sakin dinginnya saya mulai berfikir saya mau tidur
dimana malam ini..? tanpa membentuk seribu fikiran dan beribu-ribu fikiran yang
tidak jelas itu dengan hati yang agak sedikit terpaksa sayapun langsung membuka
kardus yang kebetulan ada terserak di sekitar saya, tanpa berfikir dan karena
kebawa ngantuk yang sangat berat sayapun langsung tertidur dengan pulasnya di
bawah hotel ber bintang seribu itu...” maksudnya berbintang seribu karena gak
ada atap jadi bintangnya banyak dah”.
Hari sudah mulai pagi saya langsung bangun karena takut ada
orang yang ngelihat bahwa saya tidur di balkon gedung itu, ha..ha,,,ha.. lucu
sih tapiiii,,, ada rasa terpasksa juga. tapi kan demi cita-cita. :) must keep
smile.
Tak lama saya hidup di jakarta saya mulai mendengar dan
merasakan adanya suara yang begitu nyata di telinga saya tapi saya tidak tahu
darimana sumber dari suara itu, saya merasa bahwa itu adalah panggilan Tuhan
yang sungguh nyata untuk saya, tapi kembali saya berfikir untuk apa Tuhan
memanggil saya untuk apa Tuhan memakai orang seperti saya untuk menjadi
pelayannya, tapi saya ingin mencoba mencari apa itu Tuhan dan bagaimana sih
panggilan itu, saya mencoba pergi ke gereja dimana gereja itu berketepatan di
daerah Petojo Jakarta, yaitu gereja GKPA Penjernihan, saya mencoba untuk ibadah
pertama kalinya tanpa ada unsur paksaan dari orang lain tetapi saya tidak
pernah merasakan damai ketika saya di dalam gereja, namun dalam prinsip saya saya
ingin sekali melihat bagaimana Tuhan itu dan kenapa Dia bisa berbicara kepada
saya melebihi dari penerawangan ilmu saya, saya bingung bagamana mungkin di
dunia ini tidak ada yang tidak bisa saya lihat jika saya sudah memanggil nenek
saya (Guru saya) saya hanya memanggil namanya dia sudah datang dimana saya
berada.
hari lepas hari saya melewati hari-hari dengan penuh rasa
penasaran yang selalu membakar perasaan saya, terkadang saya berbicara dan
bertanya kepada diri saya sendiri dari mana itu suara dan siapa itu yang
berbicara, saya bingung dengan suara yang berkata “apa saya yang kamu lakukan,
kenapa kamu menunda-nunda panggilan saya” itu terus terngiang di benak saya
sampai-sapai tiada hari tanpa saya memikirkan itu, suara itu sangat jelas
berbicara kepada saya baik itu di dalam mimpi maupun di dalam keramaian yang
sangat ricuh dengan berbagai suara, saya masih mendengar suara itu.
Waktu berjalan 1 Tahun suara itu bertambah jelas di telinga
saya, terbukti di suatu ketika sewaktu saya ingin pergi di utus oleh
teman-teman Gank saya di jakarta untuk pergi ke daerah bogor untuk mengantarkan
barang, pertama saya tidak tau barang apa yang akan saya bawa saya kira barang
yang akan saya bawa itu adalah tiga orang wanita yang ada di belakang karena
mereka berpakaian sebagai mana seorang wanita bayaran, jadi tanpa ragu saya
langsung bilang kepada teman saya, “ eh bro, yang bawa mobil gwe aja dah ntar
klo udah cape kita gantian” dengan hati yang gembira teman saya itu langsung
mempersilahkan saya untuk menghampiri piringan dari stir mobil, setengah jam
sudah saya membawa mobil mendekati gerbang tol, tanpa rasa ragu saya langsung
mendekati gerbang tol, pertama sih teman saya itu bilang kepada nanti jangan
lewat tol yah kita lewat jalan biasa aja, tapi saya berfikir supaya lebih cepat
dan menghindari macetnya kota bogor saya memutuskan untuk lewat tol, musik saya
putar dengan kencang, dengan suara distorsi lagu rock yang sangat keras, disitu
lah saya mendengar suara itu lagi, “kenapa kamu menunda panggilanku” saya
langsung terkejut mendengar suara itu. tak jauh dari lokasi dimana saya
mendengar suara itu, ternyata ada pemeriksaan dari pihal kepolisian yang mencek
semua mobil yang melintas dari jalan itu, saya merasa anggap enteng dengan
semua keadaan, tetapi saya melihat teman-teman saya semua pada panik tak
menentu, saya bingung mengapa mereka seperti itu, mereka gelisah dan
mencari-cari sesuatu saya tidak tahu apa yang mereka cari setiba di pintu
keluar tol, langsung saya membuka jendela dari mobil itu, tak lama kemudian seorang
polisi menghampiri dan lansung berkata, “ selamat pagi pak, kami memeriksa
semua yang ada di dalam mobil “ sayang dengan muka yang tak ada hambatan
sedikitpun langsung mengucapkan kata-kata dari bibir saya, “ ohh,,, silahkan
dengan senang hati pak” langsung polisi itu pergi dan membuka semua bagasi
mobil, sewaktu mereka membuka bagasi dan mengobrak-abrik semua yang ada di
dalam mobil pak polisi datang lagi menghampiri saya, “ mohon maaf pak, dengan
bapak siapa tadi “ langsung saya menjawab ya, dengan saya Joel pak ada apa “
polisi itu menjawab dengan muka garangnya di depan muka saya, “ kami menemuka
barang terlarang di bawah kursi mobil bapak, jadi Bapa harus ikut kami ke
kantor sekarang “ tanpa ada pertanyaan dua polisi langsung menarik saya dari dalam
mobil dengan tidak punya perasaan itu sakit atau tidak yang penting saya di
gerek-gerek, sambil kedua tangan saya langsung di pasangkan borgol, karena
semua keadaan gaduh saya merasa apa yang ada pada saya ini kenapa semua ini
bisa terjadi, siapa yang membuat barang itu di mobil yang saya bawa, kenapa say
tidak bertanya dahulu apa yang mau saya bawa,, semua pertanyaan itu
berulangkali merasuki pikiran saya, tak lama kemudian seorang menutupkan
sejenis kain hitam di kepala saya, saya langsung tidak tau apa lagi yang
terjadi di luar.
Tak lama kemudian tutup kepala yang menutupi seluruh kepada
dan muka saya itu di buka, saya sudah melihat kalau saya sudah berada di
belakang jeruji besi yang menurut saya itu sangat padat dan keras, saya
merenungi semua keadaan, jeruji besi yang menghalangi saya, dinding- yang
dingin yang membuat saya selalu menggigil siang dan malam, tempat tidur yang
beratapkan langit membuat saya basah jika itu hujan, membuat saya kepanasan
jika itu panas, membuat saya kedingingan jika itu malam, begitu sulit
penderitaan yang saya alami, satu bulan sudah berlalu saya di balik jeruji besi
itu, kalau orang disana mengatakan itu adalah rumah setan karena, ruangan yang
tidak mempunyai atap, ruangan yang tidak mempunyai kamar mandi, tidak mempunyai
tempat tidur, yang ada hanya bisa tidur berdiri.
hari berganti hati, sudah satu bulan saya melewati hari-hari
saya di dalam jeruji yang buas itu, yang hampir meranggut nyawa saya, kemudian
saya di pindahkan ke rutan yang benar-benar ada orang banyak sekali di
dalamnya, saya bingung mau berbuat apa di dalam kondisi seperti itu, saya
merasa bahwa saya adalah orang yang paling hina, orang yang paling tak berguna,
orang yang paling bodoh dari semua orang bodoh.
Tak lama kemudian saya menemukan teman untuk bertukar pikiran
di dalam, saya berkenalan dengan banyak orang disana dengan semua orang-orang
yang menurut saya melakukan kejahatan yang dulu pernah saya lakukan, mencuri,
memerkoso, membunuh, dan pemakai, semua ada disana, tapi dengan semua itu saya
tidak pernah merasa damai dengan hati saya, saya merasa gelisah terus, maka
untuk meluapkan segala kegelisahan saya itu pada malam hari di waktu semua
orang-orang sudah tertidur saya memanggil semua roh-roh yang mengikuti saya.
saya bertanya satu persatu “ siapa yang membuat saya gelisah” semua tidak ada
jawaban yang ada mereka hanya tertawa melihat saya, saya bingung dengan semua
keadaan dan tak sadar mulut saya berkata “ Tuhan dimanakah Engkau jika Engkau
memang benar ada tunjukanlah diri-Mu” langsung suara itu terngiang lagi di
telinga saya suara yang berkata “ kenapa engkau menunda-nunda panggilan-Ku
datanglah kepada ku, kegelisahan itu hanya sementara” suara yang sama berkata
kepada saya lagi. suara itu terus terngiang di telinga saya, dan membaut saya
tidak bisa tertidur sampai semalaman.
Hari berganti hari bulan berganti bulan sudah tuju bulan saya
melewati kehidupan di dalam sel, tanpa menemukan apa jawaban dari suara itu,
dan pada pagi-pagi benar saya berkata lagi di dalam hati saya “ jika Engkau
benar Tuhan tunjukkanlah jalan itu” itu saya perkatakan dalam hati saya, dan
tak lama kemudian pada sore hari saya di suruh oleh penjaga untuk menyapu
halaman dari rumah sel tahanan dalam, saya menyapunya dengan senang hati tanpa
ada yang memberatkan saya saya merasa ringan menerima pekerjaan itu padahal-
hari-hari sebelumnya saya selalu lari jika di suruh mengerjakan pekerjaan itu.
Sewaktu saya menyapu pekarangan sel itu mata saya tertuju
kepada semua puntung rokok yang di buat dari sebuah gulungan buku, puntung rokok
itu tidak terlalu kecil jari masih bisa saya ambil, saya membuka puntung rokok
itu, dan di dalamnya ada tulisan dari tulisan Alkitab, yang tertulis dalam
Wahyu 2 : 10 yang pada ujung kalimatnya engkau akan ku berikan mahkota
kehidupan, saya merasa penasaran dengan semua kata-kata yang ada di dalam
tulisan itu, maka saya memutuskan untuk menyimpan tulisan itu, yang saya
pertanyakan apakah ini jawaban Tuhan dari semua pertanyaan saya itu, saya
bertekat harus mencari tahu siapa itu Tuhan yang sebenarnya.
Buka berikutnya saya langsung di bebaskan dari dalam dan di
masukkan dalam Rehabilitasi, untuk pembinaan orang-orang yang pernah masuh
dalam jeruji besi itu. saya menjalani kehidupan disana saya di ajar untuk
bernyanyi memuji Tuhan, di ajar untuk membaca Alkitab, berdoa dan sebagainya,
bahkan saya di percayakan untuk melayani di musik gereja, saya merasa bahwa
hati saya damai jika saya berada bersama teman-teman di gereja, tertawa
bersama, dan banyak lagi yang membuat hati saya damai yang tidak bisa di tuliskan
melalui kata-kata.
Dari itu
saya belajar bagaimana caranya untuk menikmati hidup dimana kita saling
mengasihi dan menghargai sesama kita, banyak orang yang menghargai tetapi tidak
mengasihi, dan banyak orang yang mengasihi tapi tidak menghargai, maka dari itu
saya mendapatkan apa itu arti kasih setelah saya di ajari untuk mengenal Tuhan
dengan sungguh.2
Bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar