BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
[1]Masa
remaja adalah masa transisi antara masa anak-anak dengan masa dewasa. Pada masa
ini terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan terjadi
perubahan-perubahan kognitif dan psikologis. Peristiwa yang penting semasa
remaja adalah pubertas, yaitu perubahan morfologis dan fisiologis yang pesat
dari masa anak-anak ke masa dewasa, termasuk maturasi sistem reproduksi (IPD
UI, 2007).
Remaja atau adolescene berasal dari
bahasa latin adolescere yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi
dewasa”, istilah ini mencakup kematangan social, emosional, dan fisik
(Rahmawati (2006) dalam Pranoto (2009). Istilah yang lebih langsung kepada
remaja yaitu kaum muda adalah mereka yang berumur 15-24 tahun (Waspodo, 2005).
Menurut Lembaga Demografi UI, penelitian tahun 2002-2003 tentang kesehatan reproduksi, jumlah remaja
yang berusia 15-24 tahun mencakup 20% penduduk Indonesia (Arma, 2007).
Pada
masa remaja, banyak remaja mengalami perubahan baik secara fisik maupun secara
psikologis, sehingga mengakibatkan perubahan sikap dan tingkah laku, seperti
mulai memperhatikan penampilan diri, mulai tertarik dengan lawan jenis,
berusaha menarik perhatian dan muncul perasaan cinta, yang kemudian akan timbul
dorongan seksual (Imran (2000) dalam Adnani dan Citra
(2009). Saat ini, banyak remaja
kurang mendapatkan penerangan mengenai kesehatan reproduksi. Pengetahuan remaja
tentang kesehatan reproduksi masih sangat rendah. Hanya 17,1% perempuan dan
10,4% laki-laki mengetahui secara benar tentang masa subur dan resiko kehamilan
(BKKBN, 2008). Sebagai akibat dari kurangnya informasi mengenai kesehatan
reproduksi, resiko terjadinya Kehamilan yang Tidak Diinginkan (KTD), abortus, dan
infeksi menular seksual akan meningkat.
[2]Dilaporkan
bahwa 80 % laki-laki dan 70 % perempuan melakukan hubungan seksual selama masa
pubertas dan 20 % dari mereka mempunyai 4 atau lebih pasangan (Pangkahila,
2007) .
Kehamilan
tidak diinginkan merupakan proses yang sehat dan jika kehamilan itutidak
diinginkan, ia merupakan suatu penyakit.Kehamilan merupakan proses faal yang
secara normal terjadi pada manusia sebagaiinsting untuk mempertahankan
keturunannya di bumi. Oleh karenanya kehamilan sebagaitanda akan hadirnya
anggota baru dan penerus keturunan, pada umumnya akan disambutdengan gembira.
Kegembiraan itu sendiri yang sering menutupi resiko yang dihadapioleh perempuan
hamil. Mereka pada umumnya tidak sadar bahwa kehamilan dapatmempengaruhi
kesehatan bahkan dapat mengancam jiwa si calon ibu. Dan ternyata
tidak semua kehamilan disambut dengan kegembiraan oleh orang tuanya.
Beberapa kehamilanjustru tidak diinginkan.Biasanya untuk mengatasi masalah
kehamilan yang tidak diinginkan tersebutmereka menempuh jalan aborsi. Meskipun
arah ini penuh resiko dan mahal. Untuk itudalam makalah ini akan dibahas lebih
lanjut mengenai alasan yang membuat kehamilanitu tidak diinginkan dan
aborsi.Unwanted Pregnancy yaitu kehamilan yang terjadi akibat perkosaan.
Perkosaanmerupakan peristiwa yang traumatis dan meninggalkan aib pada perempuan
yangdiperkosa.
Dampak
psikologis dalam perkosaan ini cukup dalam dan akan menetapseumur hidup, jika
perkosaan juga mengakibatkan kehamilan, aib itu tidak hanya akandialami si
korban saja tetapi juga seluruh keluarganya. Seandainya kehamilan
ituditeruskan, maka anak yang dilahirkan kelak yang akan mengalami tekanan
social baik dari keluarga, orang tuanya sendiri maupun dari masyarakat
sekitarnya. Bahkan ibunyasendiri mungkin akan melihat anak itu sebagai
penjelmaan laki-laki yangmemperkosanya atau mungkin juga menjadi sasaran balas
dendam yang sebenarnya iatujukan kepada laki-laki yang memperkosanya.Kehamilan
datang pada saat yang belum diharapkan.
Hal ini
dapat terjadi padapekerjaan wanita yang sudah terlanjur menandatangani kontrak
bahwa selama beberapawaktu setelah bekerja ia tidak boleh hamil. Hal semacam
itu dapat juga terjadi pada mereka yang masih meneruskan sekolah atau mereka
yang belum ingin hamil lagi atasalasan-alasan yang sah, misalnya karena alasan
anak yang terdahulu belum lagi berusia 1tahun atau alasan tidak ingin punya
anak lagi atau juga karena kesehatan ibu yang lemah.
[3]Kehamilan
dan persalinan akan membawa resiko morbiditas dan mortalitas yang lebih besar
pada remaja dibandingkan pada wanita yang telah berusia 20 tahun. Hasil studi
Pusat Keluarga Berencana Indonesia (PKBI)
pada tahun 2000-2003 menyatakan sekitar 30% dari 37.000 kasus perempuan
yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan adalah remaja (Adnani dan Citra,
2009). Banyak survey yang telah dilakukan di negara-negara berkembang
menunjukkan bahwa hampir 60% kehamilan pada wanita usia 20 tahun adalah
kehamilan yang tidak diinginkan (ICOMP (1997) dalam PATH (2000) ). Kehamilan yang
tidak diinginkan pada remaja sering kali berakhir dengan aborsi. Para ahli
memperkirakan bahwa kasus aborsi di Indonesia adalah sekitar 2,4 jiwa per tahun
dan sekitar 700 ribu diantaranya dilakukan oleh para remaja (BKKBN, 2001).
Salah satu penyumbang kematian ibu adalah penanganan kehamilan yang tidak
diinginkan melalui aborsi yang tidak aman, sehingga sering menimbulkan
kematian.
[4]Di
Indonesia, dilihat dari berbagai laporan, menunjukkan bahwa kelompok umur yang
paling banyak menderita Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah kelompok umur
muda. Remaja merupakan kelompok yang berisiko untuk terkena IMS melalui kontak
heteroseksual, 1 dari setiap 20 remaja tertular IMS, dan persentase tertinggi
terjadi pada usia 15-24 tahun (Azhari , 2002).
Jika di satu
sisi kecenderungan remaja untuk melakukan berbagai tindakan yang membahayakan
kesehatan mereka sendiri semakin meningkat, namun di sisi lain ternyata
pengetahuan para remaja itu sendiri mengenai aspek kesehatan reproduksi yang
harus mereka miliki sangatlah rendah, sehingga remaja perlu untuk diberikan
pendidikan mengenai kesehatan reproduksi. Pendidikan reproduksi yang dimaksud
adalah memberikan informasi kepada remaja sehingga para remaja tahu bagaimana
cara menghindari terjadinya hubungan seksual sebelum waktunya dan membentuk
remaja yang mempunyai sikap dan perilaku seksual yang sehat dan bertanggung
jawab (Imran (2000) dalam Adnani dan Citra
(2009) ).
B. RUMUSAN
MASALAH
[5]Sekarang ini banyak remaja yang belum
mengetahui pentingnya reproduksi dan pengetahuannya masih kurang,
sehingga mengakibatkan kehamilan yang tidak diinginkan dan banyak munculnya
aborsi. Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apa yang
dimaksud dengan KTD?
2. Apa penyebab
KTD?
3. Apa saja kerugian dan bahaya KTD pada remaja?
4. Bagaimana solusi dari KTD?
5. Bagaimana cara
pencagahan KTD?
C. TUJUAN
1.
Untuk mengetahui akibat dari kehamilan yang
tidak diinginkan
2.
Untuk Mengetahui penyebab kehamilan yang tidak
diinginkan
3.
Untuk mengetahui pencegahan kehamilan yang tidak
diinginkan
BAB II
PEMBAHASAN
KEHAMILAN YANG TIDAK DIINGINKAN
A.
PENGERTIAN KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN (KTD)
Kehamilan yang
tidak diinginkan (KTD) adalah suatu kehamilan yang karena suatu sebab,
yang keberadaannya tidak diinginkan oleh
salah satu atau kedua calon orang tua bayi tersebut. KTD disebabkan oleh faktor kurangnya pengetahuan yang lengkap dan benar
mengenai proses terjadinya kehamilan dan metode pencegahan kehamilan akibat
terjadinya tindak perkosaan dan kegagalan alat kontrasepsi.
Kehamilan
yang tak diinginkan dapat dialami oleh pasangan yang belum menikah maupun
pasangan yang sudah menikah, remaja, pasangan muda, ibu - ibu setengah baya,
bahkan akseptor KB pun, golongan atas, menengah maupun golongan bawah. Orang
yang mengalami KTD secara langsung adalah wanita. Sebagian besar dari mereka mengambil keputusan dengan pengguguran
kandungannya (aborsi). Karena sampai saat ini aborsi di Indonesia masih
merupakan sesuatu yang tidak legal, banyak dari pasangan - pasangan yang
mengalami KTD mengambil jalan aborsi dengan cara yang tidak aman.
Aborsi tidak
aman ini dilakukan oleh tukang urut, dukun pijat, dukun beranak yang sangat
berbahaya karena penolongnya tidak terlatih atau berkompeten, dilakukan di
tempat yang tidak higienis, peralatan medis tidak tersedia dan tidak memenuhi
standar minimal, serta metode atau prosedur tindakan aborsi yang dilakukan
sangat berbahaya dan tidak dapat dipertanggungjawabkan secara medis. Akibatnya
adalah kematian wanita akan menjadi salah satu risiko yang didapat dari
tindakan aborsi tidak aman tersebut.
B.
FAKTOR PENYEBAB KEHAMILAN YANG TIDAK DIINGINKAN
1.
[6]Karena kurangnya pengetahuan yang lengkap dan benar
mengenai proses terjadinya kehamilan, dan metode-metode pencegahan kehamilan. Hal ini bisa terjadi pada remaja yang belum
menikah maupun yang sudah menikah. KTD akan semakin memberatkan remaja
perempuan jika pasangannya tidak bertanggung jawab atas kehamilan yang terjadi.
2.
Kehamilan yang tidak
diinginkan bisa terjadi akibat tindak perkosaan.
Dalam hal ini meskipun remaja putri memiliki pengetahuan yang cukup, tetapi ia tidak bisa menghindarkan diri dari tindakan seksual yang dipaksakan terhadapnya, sehingga bisa dipahami jika ia tidak menginginkan kehamilannya.
Dalam hal ini meskipun remaja putri memiliki pengetahuan yang cukup, tetapi ia tidak bisa menghindarkan diri dari tindakan seksual yang dipaksakan terhadapnya, sehingga bisa dipahami jika ia tidak menginginkan kehamilannya.
3.
Kehamilan yang tidak diinginkan
bisa terjadi pada remaja yang telah
menikah dan telah menggunakan cara pencegahan kehamilan tetapi tidak berhasil (kegagalan alat kontrasepsi).
menikah dan telah menggunakan cara pencegahan kehamilan tetapi tidak berhasil (kegagalan alat kontrasepsi).
4.
Kurangnya pendidikan
tentang kesehatan reproduksi
5.
Pengaruh media informasi
6.
Tidak memakai alat kontrasepsi saat berhubungan
intim
7.
Semakin longgarnya norma-norma dan nilai-nilai
budaya agama serta kurangnya pengawasan
orang tua baik di rumah maupun di sekolah.
C.
KERUGIAN DAN BAHAYA KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN
1.
[7]Karena remaja atau calon ibu merasa tidak ingin
dan tidak siap untuk hamil maka ia bisa saja tidak mengurus dengan baik
kehamilannya. Yang seharusnya ia mengkonsumsi minuman, makanan, vitamin yang
bermanfaat bagi pertumbuhan janin dan bayi nantinya bisa saja hal tersebut
tidak dilakukannya. Begitu pula ia bisa menghindari kewajiban untuk melakukan pemeriksaan teratur pada bidan atau
dokter. Dengan sikap-sikap tersebut di atas sulit dijamin adanya kualitas
kesehatan bayi yang baik.
2.
Sulit mengharapkan adanya perasaan kasih
sayang yang tulus dan kuat dari ibu yang mengalami KTD terhadap bayi yang
dilahirkannya nanti. Sehingga masa depan anak mungkin saja terlantar.
3.
Mengakhiri
kehamilannya atau sering disebut sebagai aborsi. DiIndonesia aborsi dikategorikan sebagai tindakan
ilegal atau melawan hukum. Karena tindakan aborsi adalah ilegal maka sering
dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan karenanya dalam banyak kasus jauh dari
jaminan kesehatan (unsafe)
D.
AKIBAT, SOLUSINYA, CARA PENCEGAHANNYA, DAN STRATEGI UNTUK MENGURANGI
KEHAMILAN REMAJA
1. Meningkatnya
aborsi (jalan tengah penyelesaian masalah)
2. Tekanan mental
3. Pengucilan oleh
masyarakat (psiko-sosial)
Solusi
1.Pendidikan seks bagi remaja
2.Pendidikan seks di sekolah (penyuluhan menggunakan media power
point/internet)
3.Mengembangkan ketakwaan
4.Konseling oleh orang tua, sekolah, maupun teman sebaya
Pencegahan KTD
1.Cara yang paling efektif adalah tidak melakukan hubungan seksual sebelum nikah.
2.Memanfaatkan waktu luang dengan melakukan kegiatan positif seperti OR, seni
dan keagamaan.
3.Hindari perbuatan-perbuatan yang akan menumbulkan dorongan seksual, seperti
meraba-raba tubuh pasangannya dan menonton video porno.
4.Memperoleh informasi tentang manfaat dan penggunaan alat-alat kontrasepsi.
5.Mendapatkan keterangan tentang kegagalan alat kontrasepsi dan cara
penggunaanya.
6.Untuk pasangan remaja yang sudah menikah sebaiknya memakai cara KB yang
kegagalannya rendah seperti sterilisasi, susuk KB, IUD, Suntikan.
Strategi
Untuk Mengurangi Kehamilan Remaja
1.Mengurangi Kemiskinan
Angka kehamilan remaja paling tinggi terdapat di daerah-daerah yang keadaan
sosial ekonominya kurang. Strategi yang menurunkan kemiskinan dan memperbaiki prospek
sosial ekonomi keluarga muda ini besar kemungkinannya akan menurunkan angka
kehamilan remaja.
2.Memperbaiki penyediaan kontrasepsi
Layanan yang menawarkan kontrasepsi sebaiknya disesuaikan untuk memenuhi
kebutuhan kaum muda, disertai ekspansi lokal fasilitas-fasilitas yang ditujukan
bagi mereka. Kontrasepsi darurat harus lebih mudah diperoleh, dan para remaja
harus diberi tahu mengenai pengggunaannya.Harus disediakan suatu layanan
terpadu yang menawarkan layanan kesehatan umum dan seksual bagi kaum muda, dan
layanan tersebut harus diberitahukan secara luas.
3.Mengincar kelompok beresiko tinggi
Kelompok-kelompok tertentu kaum muda lebih besar kemungkinannya hamil pada
usia remaja, sehingga mereka dapat dipilih untuk menjadi sasaran. Kelompok ini mungkin
mencakup remaja yang diasuh oleh negara, remaja yang tidak memiliki rumah,
remaja yang tinggal dilingkungan yang sosial ekonominya lemah, dan remaja yang
mereka sendiri adalah anak dari orangtua remaja.
4.Meningkatkan pendidikan
Pendidikan seks di sekolah
berperan penting dalam menurunkan kehamilan remaja. Program pendidikan seks lebih besar kemungkinannya berhasil apabila
terdapat pendekatan terpadu antara sekolah dan layanan kesehatan.
BAB III
PEMBAHASAN
PSIKOLOGI DARI KEHAMILAN YANG TIDAK DIINGINKAN
A. PSIKOLOGI IBU
HAMIL DENGAN KEHAMILAN YANG TIDAK DIINGINKAN
Pasangan
suami istri tak luput dari masalah jika kehamilan sang istri tidak dikehendaki.
Misalnya masalah ketidaksiapan, halmana bisa menimbulkan depresi ringan sampai
berat pada ibu, yang bisa sangat berpengaruh pada janin, bahkan berakibat
keguguran atau terlahir cacat. Apalagi jika Kehamilan tak diinginkan terjadi
pada pasangan yang belum menikah, akibat yang terjadi bisa jauh lebih besar.
Tidak saja karena akan mengalami konflik internal, semisal ketidaksiapan, tapi
juga mesti menghadapi tekanan dari lingkungan sosial, semisal celaan.
Norma-norma
ketimuran masih tetap menganggap kehamilan diluar nikah sebagai aib bagi
keluarga ataupun masyarakat, apapun sebab dari kehamilan itu. Orang yang hamil
diluar nikah dinilai sebagai keburukan, yang kalaupun terjadi harus di
sembunyikan. Masyarakat patriarkal sekarang ini, cenderung mempersalahkan
wanita dalam kehamilan diluar nikah. Padahal wanita yang hamil bisa saja
merupakan korban perkosaan atau korban keadaan (dipaksa lewat bujukan untuk
melakukan hubungan seksual oleh pacarnya, atau temannya, atau keluarganya).
Kehamilan
usia dini, selain berakibat kurang baik bagi tubuh, juga berakibat hilangnya
kesempatan untuk mendapat pendidikan formal. Padahal, pendidikan formal yang
baik merupakan salah satu syarat (meskipun tidak harus) agar dapat bersaing di
masa depan. Menurut saya, alangkah baiknya jika sekolah-sekolah tetap mau
menerima siswa yang hamil, atau minimalnya memberikan cuti, bukannya
mengeluarkan. Alangkah malangnya siswa yang hamil/menghamili, yang telah
mengalami berbagai masalah yang berat, harus diperberat masalahnya dengan
'ditutup' masa depannya melalui pengeluaran siswa oleh pihak sekolah.
Begitu
besarnya kasus kehamilan di luar nikah dikalangan remaja, yang tidak saja
merugikan remaja itu sendiri tapi juga masyarakat karena kehilangan
remaja-remja potensialnya, tidak bisa tidak akan membawa kepada pertanyaan:
bagaimana mencegahnya?
[9]Upaya pencegahan tentulah didasarkan atas sebab-sebab yang
melatarbelakangi. Sebab kehamilan diluar nikah pada remaja dikategorikan dalam
dua dimensi, yakni dimensi pasif (wanita hamil sebagai korban perkosaan dan
pemaksaan sejenis), dan dimensi aktif (wanita memang berkeinginan melakukan
hubungan seksual).
Kedua
dimensi dimuka, dipicu oleh sebab-sebab yang luas. Beberapa diantaranya adalah
maraknya pornografi di tengah masyarakat, kemudahan memperoleh akses ke
sumber-sumber pemuasan seksual, kebebasan dalam pergaulan, dan pergeseran
nilai-nilai moral. Sebab-sebab itu tidak akan melahirkan hubungan seksual
pranikah bila remaja memiliki kendali internal (Internal Locus of Control) yang
kuat. Lemahnya kendali internal disebabkan kegagalan pendidikan seks baik dalam
keluarga, sekolah atau masyarakat. Akibat dari lemahnya kendali internal,
remaja mudah terpengaruh oleh hal-hal yang berasal dari luar dirinya seperti
provokasi media, dan pengaruh teman-teman peernya. Fokus pada penguatan kendali
internal remaja, adalah pencegahan yang paling mungkin berhasil, apalagi jika
yang dilakukan dalam skala kecil. Misalnya dengan pemberian informasi yang
benar, sebab salah satu indikator kuatnya kendali internal adalah adanya
informasi benar yang diyakini. Akan tetapi upaya pencegahan dengan penguatan
kendali internal pada remaja kurang bisa berjalan efektif bila lingkungan
sekitar tidak mendukung. Karenanya, mestinya pencegahan dilakukan secara
bersama-sama antara keluarga, sekolah, masyarakat dan pemerintah
B. DAMPAK
PSIKOLOGI WANITA YANG KEHAMILANNYA TIDAK DIINGINKAN
1.
Pada Remaja atau pranikah
Psikologi yang di alami:
a.
Rasa malu dan perasaan bersalah yang berlebihan dapat di alami remaja,
apalagi bila kehamilan di ketahui pihak lain seperti orang tuanya selain itu
peristiwa kehamilan pada masa remaja seringkali menghambat masa depan remaja
dan juga anak yang di kandung
b.
Perasaan ingin menggugurkan anaknya karna tidak mau untuk melahirkan
c.
Perasaan tertekan karena di kucilkan oleh masyarakat atau alasan yang lain
yang membuat seseorang tertekan karena kehamilan yang terjadi di luar nikah
sehingga mengganggu kehamilannya.
Salah satu
risiko seks pranikah atau seks bebas terjadi kehamilan yang
tidak diharapkan . Ada dua hal yang biasa dilakukan remaja jika mengalami
kehamilan di yang tidak diinginkan
a.
Mempertahankan kehamilan
Risiko fisik Kehamilan
pada usia dini bisa menimbulkan kesulitan dalam persalinan seperti perdarahan,
bahkan bisa sampai pada kematian. Risiko psikis atau psikologi Ada kemungkinan
pihak perempuan menjadi ibu tunggal karenapasangan tidak mau menikahinya atau
tidak mempertanggungjawabkan perbuatannya. Kalau mereka menikah, hal ini
juga bisa mengakibatkan perkawinan bermasalah dan penuh konflik karena
sama-sama belum dewasa dan siap memikul tanggung jawab sebagai orang tua.
Selain itu, pasangan muda terutama pihak perempuan, akan dibebani berbagai
perasaan yang tidak nyaman seperti dihantui rasa malu terur-menerus, rendah
diri, bersalah atauberdosa, depresi atau tertekan, pesimis dan lain-lain. Bila
tidak ditangani dengan baik, maka perasaan tersebut bisa menjadi gangguan
kejiwaan yang lebih parah.
Risiko
sosial Salah satu resiko social adalah berhenti atau putus sekolah atas kemauan
sendiri dikarenakan rasa malu atau cuti melahirkan. Kemungkinan lain akan
dikeluarkan dari sekolah. Hingga saat inimasih banyak sekolah yang tidak
mentolorir siswi yang hamil. Resikosocial lain : menjadi objek pembicaraan
lain, kehilangan masa remajayang seharusnya dinikmati, dan terkena cap buruk
karena melahirkananak ³diluar nikah´ . kenyataannya di Indonesia, kelahiran
anak diluar nikah masih sering menjadi beban orang tua maupun anak yang
lahir.
Risiko ekonomi Merawat kehamilan, melahirkan dan membesarkan bayi atau
anak membutuhkan biaya besar.
b.
Mengakhiri kehamilan (aborsi) Semua tindakan tersebut dapat membawa resiko baik fisik, psikis maupun
social
Aborsi bisa
dilakukan secara aman, bila dilakukan oleh dokter ataupun bidan
berpengalaman. Sebaliknya, aborsi tidak aman bila dilakukan oleh dukun ataupun
cara-cara yang tidak benar ataupun tidak lazim. Aborsi bisa mengakibatkan
dampak negative secara fisik, psikis dan social terutama bila dilakukan secara
tidak aman.
Risiko fisik Perdarahan
dan komplikasi merupakan salah satu resiko aborsi. Aborsi yang berulang selain
bisa mengakibatkan komplikasi juga bisa menyebabkan kemandulan. Aborsi yang
dilakukan secara tidak aman bisa berakibat fatal yaitu kematian.
Risiko psikis Pelaku aborsi sering kali
mengalami perasaan takut, panic, tertekan, atau stress, trauma mengingat proses
aborsi dan kesakitan. Kecemasan karena rasa bersalah, atau dosa akibat aborsi
bisa berlangsung lama. Selain itu pelaku aborsi juga sering kehilangan
kepercayaan diri.
Risiko
social Ketergantungan kepada pasangan sering kali menjadi lebih
besar karena perempuan merasa sudah tidak perawan, pernah mengalami
kehamilan yang tidak diinginkan dan aborsi. Selanjutnya remaja perempuan lebih
sukar menolak ajakan seksual pasangannya. Resiko lain adalah pendidikan
terputus atau masa depan terganggu.
Risiko
ekonomi Biaya aborsi cukup tinggi. Bila terjadi komplikasi maka biaya semakin tinggi.Angka aborsi di Indonesia
diperkirakan 2,3 juta pertahun, sekitar 750.000 diantaranya dilakukan oleh
remaja. Progam kesehatan reproduksi yang dikembangkan oleh pemerintah hanya
untuk mereka yang sudah menikah dan tidak merujuk pada kebutuhan yang terkait
dengan informasi seksualitas, edukasi dan penyediaan pelayanan. Diperlukan
pelayanan yang lebih fleksibel agar pemerintah memberikan keleluasaan pada
lembaga-lembaga swadaya masyarakat untuk menggarap bidang ³abu-abu´, misalnya
aborsi aman dan penyediaan kontrasepsi bagi remaja dan dewasa muda yang belum
menikah.
2.
Pada pranikah
1)
Psikologi yang dialami:
a.
Perasaan malu karena hamil pada saat yang tidak tepat sehingga ingin untuk
menggugurkannya, atau hamil pada saat umur sudah tua.
b.
Perasaan tertekan karna selalu melahirkan anak , ini juga dikarenakan suami
atau keluarga yang tidak menginginkan
seorang anak maka seorang ibu akan tertekan dan perpikir apakah kehamilan ini
di beri tahu keluarga atau menyembunyikan tau juga menggugurkannya saja.
c.
kesehatan mental ibu maupun bapaknya. Menurut Najmanet al (1991).
d.
akan mengakibatkan kecemasan dan depresi yang berkelebihan bagi calon orang
tua sehingga memiliki keinginan untuk menggugugurkan kandungan.
2) Ada tiga sikap penerimaan, yaitu:
a.
segera menerima dan meneruskan kehamilan sampai
melahirkan dengan wajar saja,
b.
mulanya menolak, tetapi kemudian menerimanya
dengan beban psikologis yang mengganggu kehamilan dan proses persalinan, dan
c.
tetap menolak dan berupaya untuk tidak
meneruskan kehamilan.
3) Pengaruh Faktor Psikis
Bagi yang
menerima dengan berat hati harus diperhitungkan dampak psikologis yang timbul,
agar dapat dicarikan penyelesaian dan upaya mengantisipasi selama
berlangsungnya kehamilan dan proses persalinan.Selain upaya medis, harus tetap
diusahakan pendekatan yang bersifat memperbaiki goncangan psikologis karena
sangat berarti dalam penanganan kasus seperti ini. Tentu diharapkan wanita yang
hamil tersebut dapat menerima dengan baik, dan menjalani kehamilannya secara
wajar.
Pada wanita
hamil dengan beban psikologis, gejala-gejala tidak mengenakkan yang sering
didapatkan di masa kehamilan akan dirasakan lebih berat. Contohnya,
muntah-muntah di kehamilan awal bisa dialami sangat berlebihan sampai
menimbulkan komplikasi yang mengganggu kesehatan umum.
Motivasi
untuk mengonsumsi nutrisi yang baik pun bisa terganggu. Kadang perhatian yang
kurang terhadap kehamilan dan janin dimanifestasikan sebagai keengganan kontrol
secara teratur, bahkan malas minum suplemen yang diberikan. Kualitas kesehatan
janin bisa jadi tidak akan sebaik yang diharapkan.
[10]Di akhir kehamilan gangguan emosional bisa lebih meningkat karena bertambah
dengan kecemasan menjelang persalinan. Gejala depresif dan gangguan tidur dapat
dialami. Kontraksi rahim bisa dirasakan berlebihan. Faktor psikologis merupakan
faktor dominan yang memengaruhi berlangsungnya persalinan. Perlangsungan dan
kemajuan persalinan dapat terganggu dan risiko bedah cesar meningkat.
Pasca
persalinan juga bisa terpengaruh. Keengganan merawat dan memberikan air susu
kepada bayinya sering ditemui. Produksi air susu juga bisa menurun. Kesemuanya
akan berdampak pada kualitas kesehatan bayi.
Penyelesaian
pertama adalah yang terbaik, tidak ada risiko menyalahi etika atau melanggar
norma yang ada. Pasangan yang segera bisa menerima kehamilannya, tak akan
banyak menghadapi masalah. Agar bisa menerima kehamilan segera, dituntut konsep
pemikiran yang dewasa dan bijaksana, sedangkan dari pihak tenaga kesehatan
dibutuhkan kemampuan melakukan konseling secara baik.
1.
gangguan afektif pada kehamilan
2.
gangguan bipolar
3.
skizofrenia
4.
gangguan cemas yang menyeluruh
5.
gangguan panik
6.
gangguan obsesif konvulsif
penyebabnya:
1.
internal
·
perubahan tubuh dan hormonal ibu hamil
2.
eksternal
·
kehamilan yang tidak diinginkan
·
kehamilan yang beresiko sehingga dia tidak menginginkan kehamilannya
·
jarak kehamilan begitu dekat
·
riwayat keguguran
·
riwayat obstetri yang buruk
4) pendekatan dalam menghadapi psikologi wanita yang
kehamilannya tidak diinginkan
Pendidikan
seks yang bijak di lingkup keluarga, sekolah, dan masyarakat mutlak diperlukan.
Penyebaran pengetahuan dan menggiatkan penggunaan kontrasepsi harus ditanamkan
kepada pasangan yang belum menghendaki kehamilan. Upaya konseling yang bermutu
dan pembekalan metode serta materi konseling kepada petugas kesehatan dan tokoh
masyarakat sangat dibutuhkan agar dapat dipilih sikap yang terbaik bila
berhadapan dengan kasus UWP.
Kalangan
yang terkait kebijakan di bidang kesehatan harus menaruh perhatian pada
besarnya masalah UWP dengan melakukan upaya nyata untuk menghindari kekerasan
seksual terhadap wanita, mengetahui secara komprehensif dan mampu melakukan
pengendalian status dan masalah reproduksi di masyarakat.
C.
TINDAKAN YANG HARUS DILAKUKAN PADA WANITA YANG TIDAK MENGINGINKAN
KEHAMILANNYA
saat ini
tersedia sejumlah besar obat psikotropika untuk mengatasi gangguan jiwa (kuller
dkk.1996). Sebagian wanita
hamil yang memerlukan farmakoterapi telah menderita penyakit jiwa berat,
misalnya gangguan bipolar, gangguan skizoafektif, skizofrenia atau depresi
mayor berulang. Wanita lain yang memerlukan terapi adalah mereka yang
mengalami gangguan emosi yang berkembang selama kehamilan
2. Anti depresan
Depresi berat memerlukan
terapi dan pada sebagian besar kasus, manfaat terapi melabihi risikonya.
Antidepresan trisiklik seperti amitriptilin, doksepin, imipramin, dan
nortriptilin sering digunakan untuk gangguan-gangguan depresif. Efek
samping pada ibu adalah hipotensi ortostatik dan konstipasi. Sedasi juga
sering terjadi, sehingga obat golongan ini sangat bermanfaat bagi masalah tidur
yang berkaitan dengan depresi. Inhibitor monoamin oksidase (MAOI) adalah
antidepresan yang sangat efektif yang semakin jarang digunakan karena
menyebabkan hipotensi ortostatik. Pengalaman dengan inibitor selektif
ambilan ulang serotonin (selective serotonin reuptake inhibitors, SSRI),
termasuk fluoksetin dan sertralin, menyebabkan obat golongan ini menjadi terapi
primer bagi sebagian besar penyakit depresi. Obat-obat ini tidak
menimbulkan hipotensi ortostatik atau sedasi sehingga lebih disukai daripada
antidepresan lain.
3. Anti psikotik
Wanita dengan sindrom-sindrom
kejiwaan yang berat seperti skizofrenia, gangguan skizoafektif, atau gangguan
bipolar sangat mungkin memerlukan terapi antipsikotik selama kehamilan.
Antipsikotik tipikal adalah golongan antagonis dopamine. Klozapin adalah
satu-satunya antipsikotik atipikal yang tersedia, dan obat ini memiliki kerja
yang berbeda tetapi tidak diketahui. Potensi dan efek samping berbagai
antipsikotik berbeda-beda. Obat-obat yang berpotensi lebih rendah,
klorpromazin dan tioridazin, memiliki efek antikolinergik yang lebih besar
serta bersifat sedative.
BAB IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) adalah suatu kehamilan yang karena
suatu sebab, yang keberadaannya tidak
diinginkan oleh salah satu atau kedua calon orang tua bayi tersebut. KTD
disebabkan oleh faktor kurangnya pengetahuan yang lengkap dan benar mengenai
proses terjadinya kehamilan dan metode pencegahan kehamilan akibat terjadinya
tindak perkosaan dan kegagalan alat kontrasepsi.
B. SARAN
1. Kepada setiap remaja agar mempunyai pengetahuan dan mengembangkan
keterampilan yang diperlukan agar mereka dapat terhindar dari masalah-masalah
pada remaja, contohnya KTD dan aborsi.
2. Kepada setiap orang tua
diharapkan dapat selalu mengontrol apa saja kegiatan anak-anak mereka, baik
didalam maupun diluar rumah, serta selalu menyediakan waktu untuk dapat
berdiskusi tentang masalah-masalah yang dihadapi oleh sang anak.
3. Kepada petugas kesehatan untuk
memberikan pembinaan bagi remaja yang bertujuan untuk memberikan informasi dan
pengetahuan yang berhubungan dengan prilaku hidup sehat bagi remaja, memberi
pelayanan kontrasepsi, disamping menangani masalah yang ada pada remaja
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/35350463/PSIKOLOGI
KEHAMILAN
Pratiwi, Novita. 2005. Karena
Tabu Harus Tahu. Yogyakarta. Pustaka Anggrek
Rusdi, Rohmandi. 1995. Manipulasi
Hidup : Tragedi Harta, Tahta, dan Wanita. Bandung. Remaja Rosdakarya.
Sarwono, Sarlito W. 2002. Psikologi
Remaja. Jakarta. PT Raja Persada.
Surbakti, E.B. 2009. Kenali Anak
Remaja Anda. Jakarta. PT Gramedia.
[1] Surbakti,
E.B. 2009. Kenali Anak Remaja Anda. Jakarta. PT Gramedia.
[2] Sarwono,
Sarlito W. 2002. Psikologi Remaja. Jakarta. PT Raja Persada.
[3] Rusdi,
Rohmandi. 1995. Manipulasi Hidup : Tragedi Harta, Tahta, dan Wanita. Bandung.
Remaja Rosdakarya.
[4] http://www.scribd.com/doc/23711276/KORELASI-ANTARA-PERILAKU-SEKS-BEBAS-DENGAN-KEHAMILAN-YANG-TIDAK-DIINGINKAN-DI-KALANGAN-REMAJA
[7] Pratiwi,
Novita. 2005. Karena Tabu Harus Tahu. Yogyakarta. Pustaka Anggrek
[8]
http://wikimedya.blogspot.com/2009/11/kehamilan-yang-tidak-diinginkanunwanted.html
[9] http://www.skripsi-kti.co.cc/2010/12/remaja-dan-kontrasepsi.html
[10] http://wikimedya.blogspot.com/2009/11/kehamilan-yang-tidak-diinginkanunwanted.html
[11] http://www.scribd.com/doc/35350463/PSIKOLOGI
KEHAMILAN
[12] http://www.find-docs.com/makalah-tentang-psikologi-wanita-yang-kehamilan-tidak-diinginkan-pada-remaja.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar