TUGAS
MAKALAH
EKSPOSISI KITAB MATIUS 6 : 31-34
MATA KULIAH :
EKSPOSISI INJIL SINOPTIK
PENGAMPU : Hotman P. Simanjuntak, M. Th
OLEH
NAMA : JOEL WIRA HARAHAP
NIM : 15
2526
INSTITUD INJIL INDONESIA
FAKULTAS THEOLOGIA KEPENDETAAN
BATU, APRIL
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latarbelakang kitab
Jika kita melihat lebih dekat Injil Matius
menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang
dijanjikan oleh Allah. Melalui Yesus itulah Allah menepati apa yang telah
dijanjikan-Nya di dalam Perjanjian Lama kepada umat-Nya. Sekalipun Yesus lahir
dari orang Yahudi dan hidup sebagai orang Yahudi, namun Kabar Baik itu bukanlah
hanya untuk bangsa Yahudi saja melainkan untuk seluruh dunia. Buku Matius ini disusun secara teratur; mulai
dengan kelahiran Yesus, kemudian mengenai baptisan dan godaan yang dialami-Nya,
lalu mengenai karya-Nya di Galilea. Di situ Ia berkhotbah, mengajar dan
menyembuhkan orang. Setelah itu buku ini mengisahkan perjalanan Yesus dari
Galilea ke Yerusalem, dan apa yang terjadi dengan Yesus dalam minggu terakhir
hidup-Nya di dunia ini yang memuncak pada kematian dan kebangkitan-Nya. Salah
satu hal yang dititikberatkan oleh Matius ialah bahwa Yesus adalah Guru yang
besar, yang mengajar bahwa Allah memerintah sebagai Raja. Yesus juga mempunyai
wibawa untuk menjelaskan arti dari Hukum Allah.
Injil yang pertama menurut
tradisi di anggap tulisan Matius Lewi, seorang pemungut cukai, yang di panggil
Yesus menjadi salah seorang dari kedua belas murid-Nya ( Matius 9:9-13; 10:3). [1]
Eusebius ( ± tahun 325) mengutip papias ( ± tahun 100 ) yang konon mengatakan
bahwa Matius telah menyususn ajaran Tuhan dalam bahawa Aram, yang kemudian di
terjemahkan ke dalam bahasa Yunani oleh masing-masing orang semampu mereka.[2]
Tema dari Injil Matius
dinyatakan pada kata-kata pembukaannya, “ silsilah Yesus Kristus, anak daud,
anak Abraham” ( Matius 1:1).[3]
Kitab ini di tulis oleh Matius Lewi, seorang pemungut cukai, yang di pakai oleh
Yesus menjadi salah seorang dari kedua belas Murid-Nya. Tujuan dari Injil
Matius adalah untuk menunjukkan bagaimana Yesus dari Nazaret mengembangkan
serta menguraikan kitab Wahyu Ilahi yang telah di mulai dalam nubuat tetang
Mesia[4]s
dalam Perjanjian Lama. Meskipun sifat dari kitab ini berciri Yahudi, juga di
tulis bagi kepentingan umat kafir, karena perintah-Nya yang terakhir adalah
bagi kedua belas rasul untuk menjadikan “ semua bangsa” murid-murid-Nya(28:29).[5]
Makalah ini di buat untuk memberikan masukan kepada
hamba-hamba tuhan yang hidup menafsirkan Alkitab dengan semau diri saja buan
berdasarkan firman Tuhan, maka penulis membuat sebuah pencerahan dalam makalah
ini dimana membuka dan merombak cara berfikir orang tentang hal ke khawatiran
dalam hidup ini.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Analisa kitab
Larangan yang di tetapkan. Tuhan Yesus memberikan
nasehat dan perintah agar kita jangan kawatir tentang hal-hal dunia ini “ aku
berkata kepadamu” dia mengatakan sebagai seorang pemberi hukum yang berdaulat
atas hati kita. “ jangan kuatir akan hidupmu” “ jangan kuatir pula akan
tubuhmu,( ayat 25), jangan kuatir dan berkata apa yang akan kami makan ( ay.
31), dan lagi ( ay. 34). Jangan kuatir me
merimanate jangan kamu cemas. Sama
seperti terhadap kemunafikan, demikian pula terhadap kepentingan duniawi.
Peringatan di ulang sebanyak tiga kali, namun ini bukanlah pengulangan yang
bertele-tele sebab ajaran demi ajaran, dan pekataan-demi perkataan, harus terus
menerus di sampaikan untuk memcapai tujuan yang sama dan semua itu mencapai
tujuan yang sama dan semua itu harus dapat tercukupi.[6]
Carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya, makan
semuanya itu akan di tambahkan kepadamu ( ay. 33) ini merupakan bantahan
berganda melawan dosa kekawatiran. Janganlah kawatir akan hidupmu, hidup
tubuhmu. [7]
ini merupakan sebuah kewajiban besar yang di syaratkan. Ini merupakan
keseluruhan dan inti dari seluruh kewajiban kita : carilah dahulu kerajaan
Allah, jadikanlah agama sebagai hal yang sangat engkau pikirkan dan utamakan. Kata
yunani yang di pakai disini ialah merimnan
yang berarti sangat kuatir. Kata bendanya adalah merimna yang berarti khawatir atau kekhawatiran. Di dalam behasa
yunani kata merimna itu adalah kata
yang khusus untuk kecemasan, kekhawatiran dan sikap peduli.[8]
2. Studi kata
2. 1 Matius 6 : 31
6 : 31 LAI TB,
Sebab itu
janganlah
kamu kuatir
dan
berkata:
Apakah
yang
akan kami makan?
Apakah
yang akan kami minum?
Apakah
yang
akan kami pakai?
KJV, Therefore take no thought, saying, What shall we
eat? or, What shall we drink? or, Wherewithal shall we be clothed?
Translit interlinear, μη (janganlah) ουν (karena itu) μεριμνησητε
(kamu merasa kawatir) λεγοντες (berkata) τι (apa yang) φαγωμεν (kami akan
makan) η (atau) τι (apa yang) πιωμεν (kami akan minum) η (atau) τι (apa yang) περιβαλωμεθα
(kami akan mengenakan)
Μεριμνησητε Menurut buku Intirlinear Hasan
suanto menjelaskan bahwa kata Μεριμνησητε adalah ( merasa khawatir,
memperhatikan) dengan kata dasar merimnao kata ini muncul dalam Perjanjian baru sebanyak 19
kali, dalam hal ini menurut buku interlinear hasan sutanto kasus nya adalah V2P
( kata kerja kedua jamak) aoris active, subjuntive yang berarti ini merupakan
perkataan Tuhan Yesus yang menyatakan bahwa V2P kalian ( kamu sekalian)[9]
jangan merasa khawatir, ini merupakan kata ajakan ( subjuntive) yang menyatakan
supaya kita jangan khawatir dengan apa yang sudah dan akan kita alami secara
terus menerus atau berkelanjutan seperti dalam konteks ini akan apa yang akan
kami makan dan apa yang akan kami minum. Dalam KBBI khawatir di artikan sebagai takut,
gelisah, cemas. Ini merupakan
suatu hal yang berhubungan dengan perasaan seseorang yang tibul jika terjadi
sesuatu. Nah dalam hal itu kita bisa menyimpulkan bahwa Tuhan Yesus mengatakan
ini kepada orang-orang di bukit yang mendengarkan Khotbahnya supaya jangan
kuatir akan hari depan ( aoris aktif ), karena kekuatiran tidak akan
mendatangkan sesuatu yang merubah masa depan. (ay. 27). jika kita lihata dari
konteks jauh dari kata Μεριμνησητε ini kata ini di sebutkan dalam Mat 5 : 25
yang memakai kata merimnate yang mempunyai arti mengkhawatirkan,
dalam kontek itu khawatir akan hidup kita.
Kami akan makan φαγωμεν
dalam buku interlinear buku hasan sutanto mengartikan kata ini menjadi ( makan,
memakan, cari makan) yang mempunyai kata dasar estiw dalam analisa kasus nya kata ini adalah
V1P (kata kerja pertama jamak) aoris, aktif subjuntif.[10]
Ini merupakan perkataan Tuhan Yesus yang seolah-olah mengalaminya (Subjuntif)
Dia seolah-olah merasakan dan mengalami apa yang akan di makan seolah-olah ini
maksudnya dia merasa mengalaminya tetapi belum mengalaminya, belum terjadi
tetapi sudah merasakannya. Begitu pula dengan kata selanjutnya πιωμεν mengalami
kasus yang sama maka kata ini menjelaskan kepada kita bahwa akan apa yang kan
di makan secara terus menerus, memerlukannya, janganlah kita mengkhawatirkan
itu karena dalam ayat yang ke 33 akan di berikan karena itu merupakan sebuah
kata jaminan (passive indicatife) kita hanya diam tetapi di berikan kepada
kita, sudah di sediakan.
Di dalam dunia ini ada dua macam lapar, lapar jasmani
dan lapar batin. Lapar jasmani bisa dikenyangkan oleh makanan. Semua orang
dapat menjadi kaya dan perutnya tidak kelaparan, tapi hidupnya tidak lengkap
dan belum tentu bahagia, dan inilah yang dinamakan "lapar batin".
Menurut Alkitab, Tuhan Yesus dapat mengenyangkan lapar batin, karena ia adalah
roti hidup (Yohanes 6:32-35), Dia itulah "kebenaran" yang dapat
mengenyangkan jiwa-jiwa yang lapar :
Yohanes 6:32-35
( 6:32 Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya bukan Musa yang memberikan kamu roti dari sorga, melainkan Bapa-Ku
yang memberikan kamu roti yang benar dari sorga. 6:33 Karena roti yang dari
Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup kepada
dunia." 6:34 Maka kata mereka kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah kami
roti itu senantiasa." 6:35 Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti
hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa
percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.
2. 2 Matius 6 : 32
Ayat 6 : 32 LAI
TB,
Semua itu
dicari
bangsa-bangsa
yang
tidak
mengenal Allah.
Akan
tetapi
Bapamu
yang di sorga tahu,
bahwa
kamu
memerlukan semuanya itu.
KJV, (For after all these things do the Gentiles
seek:) for your heavenly Father knoweth that ye have need of all these things.
Translit interlinear, παντα (semua) γαρ (karena) ταυτα
(ini) τα εθνη (bangsa-bangsa tidak mengenal Allah) επιζητει (berusaha keras
mencari) οιδεν (tahu) γαρ (karena) ο πατηρ (Bapa) υμων (-mu) ο ουρανιος (di
Surga) οτι (bahwa) χρηζετε (kamu memerlukan) τουτων (ini) απαντων (semua).
Dalam ayat yang kedua ini perlu kita ketahui bahwa
kata επιζητει ( berusaha keras mencari ) dalam bentuk jamaknya. dalam buku
interlinear hasan sutanto kata ini di artikan sebagai ( mencari, ingin,
berusaha keras mencari, menuntut ) yang mempunyai kata dasar epizetew. Kasus nya adalah V3P present,
active, indicative[11],
ini merupakan sebuah kata perintah yang harus di kerjakan secara terus menerus
( active indicative) dan tidak boleh tidak di kerjakan sebagai seorang yang
sudah mengenal Allah, dalam konteks ini di katakan kepada orang yang belum
mengenal Allah, jadi jika sudah di katakan dan sudah di beritakan maka kata ini
kan harus di lakukan dan akan terus berkelanjutan ( active). Dan juga jika kita
lihat juga dari KBBI kata mencari
mempunyai sebuah arti yaitu berusaha mendapatkan (menemukan, memperoleh). Jadi kita bisa menyimpulkan bahwa seornag
yang sudah mendengarkan khotbah ini harus berusaha menemukan Allah yang
satu-satunya itu adalah Allah. Dan juga kata berikutnya yaitu kata οιδεν kata
ini memiliki kasus perfect, aktive, indicative, ini merupakan sebuah kata yang
tidak bisa dipisahkan dari kata sebelumnya yaitu bahwa kata ini menjelaskan
bahwa ini merupakan kata yang di ucapkan oleh Tuhan Yesus bahwa Bapa yang di
sorga sudah dan telah mengetahui apa yang kita perlukan maka kita tidak pelu
kuatir karena Ia telah dan akan terus menerus akan mencukupkan kita.
Dalam ayat selanjutnya adalah kata kamu memerlukan (χρηζετε)
kata ini mempunyai kasus yang sama dengan kata sebelumnya yaitu kasus kata
kerja ke dua jamak present aktif indicative.
Dan dari kasus itu kita bisa menyimpukan bahwa kata
ini menjelaskan kepada kita para penafsir dan pembaca bahwa kita sebagai
manusia pasti memerlukan itu secara terus menerus.[12]
Maka kita bisa menarik kesimpulan dari ayat ini adalah
Tuhan tau apa yang kita perlukan dan akan terus akan kita perlukan, sebelum
kita memerlukannya Tuhan sudah mengetahuinya, semua bangsa-bangsa mencari hal
hal itu padalah Bapa kita yang di soraga tahu bahwa kita memerlukan semuanya
itu. Maka janganlah kita khawatir karena bapa kita yang di sorga telah dan akan
terus menerus mencukupkan kita.
2. 3. Matius 6 : 33
6 : 33 LAI TB :
Tetapi
carilah
dahulu
Kerajaan
Allah
dan
kebenarannya,
maka
semuanya
itu
akan
ditambahkan
kepadamu.
KJV : But seek ye first the kingdom of God, and his
righteousness; and all these things shall be added unto you.
Translit interlinear, ζητειτε (carilah) δε (tetapi)
πρωτον (terlebih dahulu) την βασιλειαν (Kerajaan) του θεου (Allah) και (dan)
την δικαιοσυνην (kebenaran) αυτου (-Nya) και (dan) ταυτα (ini) παντα (semua) προστεθησεται
(akan diberikan/ ditambahkan) υμιν (kepada kamu).
Kata yang pertama adalah kata ζητειτε (carilah), kata ini mempunyai kasus V2P yang dalam buku
interlinear hasan sutanto memngartikan sebagai ( carilah ) kata kerja ke dua
jamak present active imperative, yang artinya ini merupaka kata perinta yang
harus di kerjakan dan tidak boleh tidak di kerjakan (imperative) harus di
lakukan secara terus menerus berkelanjutan, dimana dalam kasus ini adalah kata ζητειτε yang artinya “ carilah” apa
yang harus kita cari yaitu kerajaan Allah, jadi sebagai orang yang sudah
percara kepada Tuhan harus mencari kerajaannya secara aktive terus menerus dan
harus mencarinya tidak boleh tidak mencarinya. Dan kata selanjutnya adalah kata
προστεθησεται yang artinya adalah
memerlukan, jika kita lihat dari kasusnya adalah (kata kerja ke tiga tunggal
future passive indicative) maka dasi studi kasus ini kita bisa menyimpulkan ini
adalah sebuah kata passive tetapi kita menerima tanpa bekerja, demikian dalam
hal ini semua hal itu yang kita khawatirkan jika kita sudah percaya akan Dia
maka kita akan dan sudah menerimanya, kita hanya diam dan beriman maka kita
akan menerimanya, dari kata dasarnya yaitu “prostièåmi" yang artinya menambahkan. Maka dapat
kita simpulkan dari kata ini kita sebagai orang yang beriman untuk memperoleh
keselamatan itu dan untuk memperoleh semuanya itu kita hanya passive ( diam)
maka Tuhan pasti akan mencukupkan kita dan memberikannya kepada kita. Dan jika
kita lihat dalam NIV kata ini di terjemahkan sebagai “seek” yang artinya
mencari maka dari itu sebagai seorang yang sudah percaya dan orang yang sudah
mendengar khotbah dar Yesus ini kita harus benar-benar mencari. Ayat 33 :
Adalah ucapan yang monumental, kalau Tuhan Yesus mengatakan: "Carilah
dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran Allah", maka Ia mengikuti urutan dari
"Doa Bapa Kami", yang di dalamnya Ia mengajar kita untuk berdoa
dahulu, supaya Kerajaan Allah datang dan kehendak Allah dilakukan dan baru
setelah itu, supaya makanan (pemenuhan kebutuhan) diberi kepada kita. Tafsiran
yang paling sederhana dalam Matius 6:33 untuk kata-kata “mencari Kerajaan Allah
dan kebenaran Allah” ialah: mencari untuk menjadi taat kepada Allah. Akan tetapi
ada juga penafsir mengartikan “kebenaran Allah” di sini berarti kesetiaan
Allah, kesetiaan yang menolong dan membela orang, yang mencari Allah. Tetapi
bagaimanapun juga, maksud Tuhan Yesus adalah jelas: kalau kita terutama mencari
Kerajaan Allah, maka Allah akan memberi juga apa yang perlu untuk kehidupan
jasmani kita.
Para pengikut Kristus diminta untuk mendahulukan
Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya atas segala hal. Yang dimaksud dengan
"kerajaan" karena kerajaan itu berhubung dengan otoritas. Kerajaan
Allah adalah pemerintahan Allah sebagai Raja yang dilakukan di Sorga maupun di
bumi. [13]
Kata Yunani ζητειτε
dalam kasus (verb - present active
middle - second person), dari kata kerja ζητεω yang mempunyai arti "mencari",
yang bermakna : "menunjuk terjadinya keasyikan terus-menerus ketika
mencari sesuatu, atau berusaha dengan sungguh-sungguh dan tekun untuk
memperoleh sesuatu".
2.3. Matius 6 : 34
6:34 LAI TB,
Sebab itu
janganlah
kamu
kuatir akan hari besok,
karena
hari
besok mempunyai kesusahannya sendiri.
Kesusahan
sehari
cukuplah
untuk sehari.
KJV, Take therefore no thought for the morrow: for the
morrow shall take thought for the things of itself. Sufficient unto the day is
the evil thereof.
Translit interlinear, μη (janganlah) ουν (karena itu)
μεριμνησητε (kamu merasa kawatir) εις (akan) την αυριον (besok) η γαρ (karena)
αυριον (besok) μεριμνησει (akan mengkuatirkan) τα εαυτης (dirinya) αρκετον (cukup)
τη (ini) ημερα (hari) η κακια (kesusahan) αυτης (nya –sendiri).
Ayat 34 : Menurut beberapa penafsir, ayat 34 harus
diterjemahkan sedikit lain dari pada terjemahan Indonesia LAI-TB, yakni:
"Janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok akan mengurus
persoalan-persoalannya sendiri". "Hari besok" di sini
digambarkan sebagai oknum. Terjemahan yang lebih teliti lagi ialah:
"Biarkanlah besok mengurus persoalan-persoalannya sendiri". Dalam
bahasa Yunani, kata "μεριμνησει akan mengkuatirkan (verb dalam
bentuk future active indicative (future tense) kadang-kadang dipakai dengan
arti "biarkanlah" (imperatif). Kata ini adalah merupakan
"personifikasi" yang mencolok. "Kesusahan sehari cukuplah untuk
sehari", kesusahan yang dimaksud jelas jasmaniah maupun batiniah, mengacu
kepada persoalan-persoalan yang mungkin timbul. Kita tidak perlu menambahkan
masalah esok kepada masalah hari ini.
Tuhan Yesus menutup pengajaranNya dengan kata-kata
yang berkhikmat: "Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari". Dia
mengetahui bahwa di dalam kehidupan kita masing-masing setiap hari ada
penderitaan kecil atau besar, yang harus kita tempuh dengan pertolongan Tuhan;
Karena jika kita cemas tentang hari yang akan datang, maka beban akan menjadi
dobel, dan lebih besar. Melalui perikop ini, kita mendapat pelajaran yang
berharga dari Yesus Kristus, Guru dan Tuhan kita (Yohanes 13:13) : Janganlah
kuatir!, sebab Allah menyediakan apa yang dibutuhkan oleh umatNya. Seperti
Mazmur Daud yang menulis : TUHAN adalah gembalaku, maka aku tak perlu ingin
(Mazmur pasal 23). Kita "tidak sempat" ingin sesuatu jika kita menempatkan
Allah sebagai Gembala kita. Karena Allah kita adalah Gembala Yang Baik
(Yehezkiel 34:31, Mazmur 23:1, Yohanes 10:11), Ia sudah menyediakan apa yang
kita perlukan, dan Ia senantiasa memelihara kita bagaikan biji mataNya sendiri
(Ulangan 32:10, Zakharia 2:8 ).[14]
1. Frasa "την βασιλειαν του θεου ; tên basileian
tou theou", "Kerajaan Allah", menempatkan sungguh-sungguh
kepemimpinan dan kuasa / otoritas Allah dinyatakan melalui kehidupan kita. Kita
dapat berdoa agar Kerajaan Allah datang dengan kuasa yang luar biasa untuk
menyelamatkan orang berdosa, menghancurkan kuasa iblis, menyembuhkan orang
sakit, menyediakan apa yang kita perlukan dan meninggikan nama Yesus.[15]
Berada dalam kerajaan Allah itu berarti melakukan dan memberlakukan kehendak
dan otoritas Allah. Kasih yang besar dapat mengalahkan segala hal yang lain.
Kasih yang besar dapat menjadi sumber inspirasi dalam bekerja, mendorong
pelajaran, membersihkan hidup dari segala yang kotor, dan juga menguasai
seluruh keberadaan seseorang, dan kasih yang besar itu hanya ada dalam kerajaan
Allah. Selanjutnya kata "την
δικαιοσυνην αυτου ; tên dikaiosunên autou", "Kebenaran-Nya" –
yaitu kita berusaha untuk mentaati perintah Allah, memiliki kebenaran Kristus
(Yohanes 14:6), tetap terpisah dari "dunia" (tidak mengikut
'kebenaran dunia' tetapi kebenaran Kristus) dan menunjukkan kasih terhadap
semua orang. [16]
Para ahli tidak sependapat, apakah perkataan Yunani
"προστιθημι - prostithêmi" sebaiknya diterjemahkan dengan
"ditambahkan" ataukah dengan "diberi". Namun keduanya dapat
kita pergunakan secara bersama-sama, bahwa kita orang-orang percaya harus
memusatkan perhatian pada nilai-nilai rohani dan bersandar penuh kepada Allah,
karena Allah mengetahui berbagai kebutuhan umatnya dan akan menyediakan/
memberi/ menambahkan apa-apa yang diperlukan oleh umatNya baik jasmani maupun
rohani.
BAB III
KESIMPULAN DAN APLIKASI
Kesimpulan dari perikop ini adalah Orang-orang yang
tidak memiliki kekayaan bisa menjadi korban dari kekhawatiran dan kehilangan
iman. Karena itu pergeseran ini wajar. Jangan khawatir. Bukan larangan untuk
mengantisipasi masa depan dan membuat rencana (bdg. I Tim. 5:8; Ams. 6:6-8;
30:25), melainkan larangan untuk khawatir mengenai kebutuhan sehari-hari.
Bukankah hidup itu lebih penting daripada makanan? Karena hidup itu sendiri dan
juga tubuh diperlengkapi oleh Allah, apakah kita tidak juga mengandalkan Dia
untuk memperlengkapi hal-hal yang tidak sepenting itu? Karena Allah memelihara
burung yang tidak memiliki kemampuan untuk menabur, menuai dan menyimpan. [17]
Betapa manusia yang memperoleh semua kemampuan itu
seharusnya lebih mengandalkan Bapa surgawi mereka! Menambah sehasta saja pada
tinggi tubuhnya. (LAI: jalan hidupnya). Makanan itu penting bagi pertumbuhan.
Tetapi di dalam hal ini pun Allah yang mengendalikan.
Waktu seorang anak bertumbuh menjadi dewasa. Allah
menambahkan jauh lebih daripada sehasta (sekitar delapan belas inci), tetapi
kekhawatiran hanya menghambat dan tidak menolong. Sebagian orang menerjemahkan
dengan jalan hidup dan bukan tinggi tubuh, dan mereka berusaha menemukan
contoh-contoh penggunaan sehasta sebagai ukuran waktu. Sekalipun demikian,
penafsiran yang pertama itu cukup cocok dengan nas termaksud. Bunga bakung.
Bunga apa yang dimaksudkan di sini tidak jelas, tetapi pastilah sedang
berkembang ketika itu sebab Yesus berbicara tentang Perhatikanlah. Salomo. Raja
Ibrani yang paling terkemuka. Rumput di ladang. Bunga bakung yang baru saja
disebutkan, yang keindahannya begitu singkat umurnya, dan yang tidak lama
kemudian ikut terpotong bersama rumput dan dipakai sebagai bahan bakar untuk
memenuhi kebutuhan manusia (Yak. 1:11). Hai orang yang kurang percaya.
Ungkapan yang dipergunakan empat kali di dalam Injil
Matius, satu kali di dalam Injil Lukas, sebagai dorongan untuk bertumbuh di
dalam iman maupun sebagai teguran lembut. Dicari bangsa-bangsa yang tidak
mengenal Allah. Sebuah acuan kepada perhatian akan hal-hal materi oleh
bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah karena mereka tidak mengenal Allah
sebagai Bapa surgawi (bdg. 6:7, 8). Carilah dahulu. Para pendengar Kristus,
yang sudah bersumpah setia kepada Raja itu, harus terus mencari (kata kerja
berkesinambungan) Kerajaan Surga dengan cara memusatkan perhatian pada
nilai-nilai rohani dan bersandar penuh kepada Allah; dan Allah yang mengetahui
berbagai kebutuhan sementara mereka akan menyediakan apa yang diperlukan.[18]
Hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Suatu personifikasi yang mencolok.
Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari. Kesusahan yang dimaksudkan jelas
jasmaniah, mengacu kepada persoalan-persoalan yang mungkin timbul. Tidak perlu
menambahkan masalah esok kepada masalah hari ini.[19]
Di tengah-tengah situasi dan kondisi kita pada
hari-hari ini, baik kondisi alam, ekonomi, sosial politik, maupun dalam
berbagai hal yang tidak menguntungkan, Tuhan berpesan kepada kita
"Janganlah kamu kuatir akan hidupmu!"
Pada waktu Tuhan Yesus mengajar kepada para murid-Nya
untuk tidak kuatir, hal ini juga berlaku dan diajarkan atas kita
murid-murid-Nya untuk tidak kuatir dalam hidup kita. Di tengah-tengah kondisi
Negara kita yang tidak baik, mungkin juga di tengah-tengah keadaan rumah
tangga, keluarga, pekerjaan yang kurang baik, Tuhan mengajarkan kita untuk
tidak kuatir.[20]
Matius 10:29a, "Bukankah burung pipit dijual dua
ekor seduit?..."
Lukas 12:6, "Bukankah burung pipit dijual lima
ekor dua duit?..."
Mungkin kita datang ke tukang burung dan membeli burung
pipit yang seharusnya berharga 4 ekor dua duit, karena dua ekor seduit. Tetapi
ini justru diberikan 5 ekor burung pipit dengan harga dua duit. Ini menandakan
betapa tidak berharganya burung pipit itu sebenarnya, tetapi ayat selanjutnya
mengatakan, "... Sungguhpun demikian tidak seekor pun dari padanya yang
dilupakan Allah." Apa artinya? kalau burung pipit yang tidak berharga
saja, keberadaannya tidak dilupakan Allah, apalagi kita yang dijadikan seturut
dengan gambar dan rupa Allah, betapa berharganya kita di hadapan Allah. Tidak
perduli siapa kita, apa latar belakang kita, pekerjaan kita, dan kondisi
ekonomi kita, Tuhan senantiasa memperhatikan dan tidak pernah melupakan kita,
seperti yang dikatakan dalam Ayub 7:17-18, "Apakah gerangan manusia, sehingga
dia Kauanggap agung, dan Kauperhatikan, dan Kaudatangi setiap pagi, dan Kauuji
setiap saat?" Di hadapan Tuhan, setiap kita tidak ada yang lebih ataupun
kurang, semuanya sama berharganya.[21]
Kuatir itu terbalik dengan iman. Kekuatiran dapat
melumpuhkan iman kita dalam mengiring Yesus, itu sebabnya kekuatiran adalah
dosa. Tuhan mengatakan bahwa kita harus berjalan dengan iman bukan dengan
penglihatan.
Seumpama dua tembok yang saling berhadapan, tembok
yang satu berbicara tentang kekuatiran, sedangkan tembok yang lain adalah
tembok iman. Jika kita berjalan menuju tembok kekuatiran, itu berarti kita
membelakangi tembok iman. Demikian pula sebaliknya, jika kita mengarah kepada
tembok iman, artinya kekuatiran itu ada di belakang kita. Tuhan menghendaki
kita mengarahkan pandangan kepada tembok iman, dan apa yang kita imani itu
pasti terjadi. Bagaimana mungkin persoalan kita dapat terselesaikan jika kita
kuatir? Bahkan dikatakan dalam ayat 27, "Siapakah di antara kamu yang
karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?"
Kekuatiran kita tidak akan mungkin dapat menyelesaikan persoalan, sakit
penyakit dan berbagai permasalahan yang kita hadapi. Sebab kekuatiran kita
justru menyebabkan iman kita menjadi lumpuh.
Kita mengerti bahwa hari-hari ini, mungkin kondisi
Negara kita, keluarga, pekerjaan dan usaha kita mengalami banyak goncangan.
Tetapi Tuhan berpesan untuk tidak kuatir, sebab justru Tuhan hendak melakukan
pemulihan. Bukankah tahun 2006 adalah Tahun kelimpahan Gandum, Anggur dan
Minyak. Dalam berbagai goncangan yang sedang terjadi hari-hari ini, Tuhan
sedang membuktikan dan mendemonstrasikan bahwa di tengah-tengah goncangan,
Tuhan tetap memberkati dan memberikan perlindungan bagi umat-Nya. Firman Tuhan
berkata, "Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan
tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu"
(ayat 32). Mereka kuatir, karena tidak mengenal Allah, sementara kita anak-anak
Tuhan, kita tidak perlu kuatir karena kita mengenal siapa Allah yang kita
sembah. Dia adalah Raja di atas segala raja, yang mencukupkan segala keperluan
kita, bahkan memberikan jalan keluar dalam segala perkara yang kita hadapi.[22]
Ada seorang pengamen buta, yang bernyanyi di sebuah
restoran. Dikatakan dalam lagunya, "burung nuri, katanya.. terbang tinggi
katanya..", sampai ada seorang pelanggan restoran yang bertanya kepadanya,
kenapa lirik lagunya menggunakan "katanya"? Dengan spontan pengamen
buta itu berkata, "saya tidak pernah melihat bagaimana rupa burung nuri
dan bagaimana dia bisa terbang, semuanya saya tahu dari kata orang, sebab saya
tidak bisa melihat." Kita harus mangalami Yesus bukan karena kata orang,
tetapi kita harus mengalami secara pribadi. Sehingga pada waktu kita berada di
tengah-tengah goncangan, justru perlindungan, pemeliharaan dan berkat Tuhan
tetap ada di dalam keluarga kita.
[2] Eusebius historia Ecclesiae III . XXXiX. 16.
[3] Merrill c.
Tenney. Survei perjanjian baru, gandum mas, Jawa timur-malang, 2013 hal185
[4]Merrill c.
Tenney. Survei perjanjian baru, gandum mas, Jawa timur-malang, 2013 hal 163
[6] Matthew henry.
Injil Matius 1-14, Momentum, Surabaya, 2007. Hal 267
[7] Matthew henry.
Injil Matius 1-14, Momentum, Surabaya, 2007. Hal 280-281
[8] Barclay william.
Injil matius 1-10, bpk Gunung mulia, 2015. Hal 417-418
[9] Sutanto, Hasan,
Perjanjian Baru Interlinear Yunani - Indonesia, Jakarta: 2004
[10]Sutanto, Hasan,
Perjanjian Baru Interlinear Yunani - Indonesia, Jakarta: 2004
[11]Sutanto, Hasan,
Perjanjian Baru Interlinear Yunani - Indonesia, Jakarta: 2004
[12] J.D Douglas.
Ensiklopedi Alkitab masa kini jilid I A-L,
[13] Wahono,
Wismoday. S. 2001. Di Sini Kutemukan. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
[14] Marxsen, Willi.
2008. Pengantar Perjanjian Baru (Pendekatan Kristis Terhadap
Masalah-Masalahnya). Jakarta: BPK Gunung Mulia.
[15] Enss, Paul.
2008. Buku Pegangan Teologi 1. Malang: Literatur SAAT.
[16] Drane,
Jhon.1996. Memahami Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
[17] 16. R.T France, Matthew. Momentum, Oxford 2007
[18] J. L. Packer,
Ensiklopedi fakta Alkitab, Malang 2001
[19] Drane,
Jhon.1996. Memahami Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
[20] .Suharyo Pr.
Pengantar Injil Sinoptik. Lembaga Biblika Indonesia , Kanisius. Yogyakarta :
1991
[21] Wahono,
Wismoday. S. 2001. Di Sini Kutemukan. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
[22] packer J. I.
Wismoday. S. 2001, New Dictionary Of Theology, Philadelphia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar