Artikel Rohani
Minggu, 11 Februari 2018
sejarah Gereja Mula-Mula Di China Dan Taiwan
BAB I
PENDAHULUAN
Sejarah Gereja di Cina dan
Taiwan, menjadi pembelajaran dalam penginjilan bahkan menjadi studi historis
dari pengalaman yang terjadi di Cina dan Taiwan. Gereja di Cina mengalami
banyak tantangan dari setiap tahun yang berbeda, mengalami kenyamaan saat
dilindungi oleh pemerintahan namun juga mengalami penganiaan dalam perkembangan
gereja bahkan pengusiran dan kematian. Missionaris tentu menikmati hal tersebut
karena Anugrah Allah harus diberitakan kepada orang-orang di Cina untuk menerima
keselamatan dari Allah melalui penebusan Tuhan Yesus Kristus di kayu Salib.
Dalam Sejarah Gereja di
Cina dan taiwan juga memberitahukan strategi-strategi dalam penginjilan
sehingga akan terlihat banyak gereja-gereja dibangun karena Injil yang sudah
disebarkan secara luas di negeri Cina dan terutama di negeri taiwan. Mereka
dengan tulus untuk menyebarkan Injil sampai kepelosok-pelosok desa, walaupun
mengalami penganiayaan oleh komunis, hingga ibadah dibawa tanah, maka
memberikan penekanan Gereja dibangun karena karya Allah melalui para
Missionaris yang siap sedia mati untuk untuk jiwa-jiwa di Cina dan juga taiwan.[1]
Dalam perkembangan itu Perkembangan
Kekristenan di Cina dan Taiwan sejak abad XVI memiliki dinamikanya
masing-masing.Perkembangan di Cina memiliki ciri khasnya tersendiri.Demikian
pula dengan perkembangan di Taiwan.Bagaimanakah perkembangan kekristenan di
masing-masing wilayah ini, baik di Cina maupun di Taiwan?Apa yang mempengaruhi
kekristenan di masing-masing wilayah, terjadinya perkembangan tersebut di
karenakan oleh adanya komunis,
revolusi kebudayaan, kolonialisme, politik, Cina, dan Taiwan.[2]
Pada
dasarnya perkembangan keagamaan di Cina cukup bervariasi, dalam hal ini kekristenan di Cina banyak berkembang di
beberapa daerah pesisir karena adanya beberapa pelabuhan yang menjadi pertemuan
antara Cina dengan dunia luar (Barat dan Asia lainnya) melalui jalur
perdagangan. Melalui jalur-jalur perdagangan para misionaris berdatangan dari
berbagai negara. Daerah-daerah seperti pelabuhan di Canton (Guangzhou), Amoy
(Xiamen), Foochow (Fuzhou), Ningpo, dan Shanghai merupakan pusat aktivitas
misionaris. Hingga sekarang mayoritas orang Kristen banyak berkembang di
propinsi yang dekat dengan pantai antara Shanghai dan Guangzhou. (Melton 2005,
136-137).[3]
BAB II
ISI
1.
PERKEMBANGAN KEKRISTENAN DI CINA
Permusuhan
antara pemerintah Cina dan orang-orang Barat memuncak dengan terjadinya Perang
Candu.Perebutan kekuasaan perdagangan opium menjadi alasan utama dan mengapa
perang ini disebut sebagai perang candu.Perang ini terjadi dua kali, yaitu pada
1839 hingga 1842 dan 1856 hingga 1860. Dari dua kali perang ini, Cina menjadi
pihak yang kalah dan sebagai konsekwensinyaCina harus terbuka untuk pengaruh
luar. Cina terpaksa mematuhi perjanjian Nanjing yang membuka jalur perdagangan,
politik, ekonomi, dan keagamaan masuk ke Cina. Tentu hal itu lebih
menguntungkan pihak Inggris dan merugikan Cina. Pada sisi lain, kalahnya Cina
dari Inggris ini memberikan keuntungan bagi kegiatan-kegiatan misi di Cina
untuk berkarya kembali. Melalui perjanjian Nanjing, ada lima pelabuhan Canton
(Guangzhou), Amoy (Xiamen), Foochow (Fuzhou), Ningpo, dan Shanghai) yang
terbuka lebar bagi penginjil dan tentunya dengan tanpa gangguan. (Melton 2005,
137).[4]
Ada
beberapa badan misi yang berkembang di Cina, seperti LMS, CMS, CIM.Setelah
perang dunia kedua, badan penginjilan Protestan mendirikan China Inland Mission
(CIM).CIM didirikan olkeh James Hudson Taylor pada tahun 1865.Pada abad XIX,
Cina menjadi salah satusasaran misi Protestan.Misionaris Protestan pertama yang
datang ke Cina adalah Robert Morrison (1782-1834). Di bawah naungan London
Missionary Society (LMS), Morrison datang ke Cina pada tahun 1809 melalui
daerah pesisir Macau dan Canton (sekarang Guangzhou). Untuk mendapat status
yang resmi untuk tinggal di Cina, ia bekerja di East India Company. Dalam
pekerjaan misinya, ia melakukan pendekatan dengan para pejabat pemerintah Cina.
Atas semua usahanya itu, Morrison berhasil menterjemahkan Perjanjian Baru ke
dalam bahasa Cina pada tahun 1813. Pada tahun 1819, bersama dengan William
Milne, Morrison berhasil menterjemahkan Perjanjian Lama dalam bahasa Cina. Ia
juga berhasil menerbitkan kamus bahasa Cina-Inggris.[5]
Pada
tahun 1850an terjadi pemberontakan petani kepada pemerintah Cina.Pemberontakan
ini lebih dikenal sebagai pemberontakan T’ai P’ing (1853-64).Pemerintah Cina
dengan bantuan dari pasukan militer Barat dapat meredakan pemberontakan
ini.Atas bantuan tersebut, Cina harus rela membuka diri untuk Barat dan
termasuk terbuka untuk kegiatan misi. Shanghai menjadi pusat perdagang Barat di
Cina dan juga menjadi pusat kehidupan gereja Protestan Cina. Kekristenan pada
masa ini berkembang lambat karena mereka selalu dicurigai dan dihambat
pemerintah, apalagi pemimpin pemberontak Taiping mengaku sebagai orang
Kristen.Pemerintah Cina menganggap kekristenan sebagai pemberontak.
(Hillerbrand 2004, 636).[6]
Pada
tahun 1899an, kembali terjadi pemberontakan menetang Barat yang disebut dengan
pemberontakan Boxer (1899-1900). Permberontakan petani yang diawali pertikaian
karena pembangunan jalur kereta api yang tidak sesuai dengan feng
shui.Pemberontakan itu cepat meluas dan dalam hal ini orang kristen merupakan
pihak yang juga disalahkan untuk dominasi asing di Cina. Di daerah Shandong dan
Shangxi, korban pemberontakan ini kurang lebih ribuan orang asing (termasuk
misionaris) dan 30.000 orang kristen Cina dibunuh. (Hillerbrand 2004, 637)
Lagi-lagi kekristenan selamat karena pengaruh asing, aliansi delapan negara
dikerahkan untuk mengatasi pemberontakan ini. Setelah pemberontakan berakhir,
aliansi ini mengenakan sanksi berat kepada pemerintahan Qing, seperti ganti
rugi 450 juta tael. Adanya sanksi ini sangat mempengaruhi kondisi politik,
sosial, dan ekonomi pemerintah. Pemerintah harus membebankan pajak tinggi
kepada masyarakat dan hal ini mengakibatkan melemahnya kepercayaan rakyat
kepada pemerintah. (Melton 2005, 137).[7]
Tokoh-tokoh Misionaris di Cina abad 19 dan 20
Perkembangan kekristenan di Cina timbul tenggelam. Sampai dengan awal
abad ke-19 pintu untuk masuk ke Cina
masih belum terbuka lagi. Pada tahun 1800 orang Cina dilarang mengajarkan
bahasa asing kepada bangsa asing. Segala bentuk penerbitan buku-buku Kristen
dalam bahasa Cina juga dilarang. Cina benar-benar menutup dirinya terhadap
pengaruh luar. Kekristenan masih sulit berakar dalam kebudayaan Cina. (Ruck,
1995, p. 137) Kontroversi-kontroversi
pada abad-abad terdahulu menjadi pelajaran, yaitu bagaimana dengan mudahnya
karena sebuah kesalahan kelompok tertentu dapat sangat berdampak bagi
kekristenan yang minoritas di Cina. (Moffet, 2005).[8]
Pada awal abad 19 keinginan para missionaries untuk mengabarkan injil ke
negeri yang memiliki jumlah penduduk terbesar, yaitu Cina.(Wetzel, 2000)Pelopor
misi Protestan yang pertama di Cina adalah Robert Morrison.Ia datang tahun
1807, pada dinasti Qing atau masa pemerintahan Manchu di Cina. Ia merupakan
utusan badan misi Protestan, London Missionary Society. (Ruck, 1995, p. 137)[9]
Meskipun ia sudah tiba di Cina, namun tetap
tidak mudah untuk dapat melayani secara terbuka. Ia mengalami berbagai berbagai
rintangan. Dia hanya dapat masuk daerah Tiongkok di daerah perdagangan.(Wetzel,
2000, p. 199)Morrison hidup seperti seorang buronan sambil berusaha belajar
bahasa Cina dari seorang Katolik Cina. Pada tahun 1809 keadaan Morrison
berubah, East India Company, sebuah perusahaan Inggris menggunakan kemampuan berbahasanya untuk menjadi penerjemah.(Moffet, 2005, p. 287)[10]
Pada tahun 1813 kedatangan Morrison disusul
oleh Wiliam Milne.Berbeda dengan Morrison, Milne mengalami kesulitan ketika
mempelajari bahasa Cina.(Moffet, 2005, p. 290).
Bersama dengan Morrison, Milne mendirikan Anglo-Chinese
College.Penginjilan Morrison memprioritaskan penerjemahan Alkitab. Ia berhasil
menerjemahkan seluruh Alkitab ke dalam
bahasa Cina pada tahun 1819. (End, 1988, p. 71)Ia memilih menerjemahkan Alkitab
karena melihat pengalaman sebelumnya para pekabar Injil diusir dan meninggalkan
orang-orang Kristen tanpa ada tanda-tanda kelanjutan untuk melanjutkan
kesaksian Firman Allah.(Moffet, 2005, p. 288)Cara penginjilan yang dilakukan
Morrison ini hanya membuat beberapa orang Tionghoa masuk Kristen.Walau demikian
karya Morrison ini nantinya menjadi dasar bagi pelayanan misi yang berikutnya.[11]
Usaha Morrison untuk mencetak Alkitab
terjemahannya dalam bahasa Cina dibantu oleh seorang tukang cetak, Liang A Fa,
yang menjadi Kristen karena pelayanan Milne. (Ruck, 1995, p. 139). Liang A Fa
belajar di Anglo Chinese College, kemudian pada tahun 1824 ia dinobatkan
sebagai pengabar injil oleh Morrison(Barnett & Fairbank, 1985, p. 40).
Liang A Fa mengabdikan diri pada pengabaran Injil dan mengedarkan buku-buku di
Cina, meskipun karenanya ia sering dianiaya, dipukul atau dipenjarakan.(Ruck,
1995, p. 139). Salah satu tulisan Liang
A Fa yang sangat berpengaruh pada saat itu adalah “ Good Words To Admonish The
Age”. (Moffet, 2005, p. 291).[12]
A. Injil
yang telah masuk ke Cina
Sejarah Gereja di China, tentu dimulai dengan pekabaran Injil yang masuk ke China pada
tahun 635 oleh Uskup Alopen seorang biarawan Nestorian. Pembuktian tersebut
dinyatakan dengan penemuan monumen Ch’ang-an pada tahun 1625 oleh buruh-buruh
di China, monumen yang didirikan pada tahun 781 di Cina Utara Barat. Kebenaran tersebut didukung dengan
arsip-arsip pemerintahan Cina dan kumpulan naskah-naskah yang ditemukan di “Gua
seribu Buddha” di Tunhuang, dekat perbatasan Utara Barat Cina.
Injil yang masuk ke Cina oleh pemberitaan Uskup Alopen dimulai dari
gereja Nestorian di Persia, dengan cara jalur perdagangan yang dilakukan oleh
para penginjil ke arah selatan melalui India sampai Sri lanka dan Cina selatan,
atau melalui Asia Tengah dan Padang Gurun Gobi sampai ke Cina Utara.
B. Perkembangan
Injil.
Pada
tahun 635, Alopen diberikan izin untuk penyebaran injil di Cina dan Pada tahun
638 T’ai Sung, memberikan fasilitas kepada Alopen dengan memberikan sebuah
biara di ibukota untuk 21 biarawan dan dihiasi foto kaisar sebagai perlindungan
dari pemerintah kepada kekristenan. Pada abad 7
(700 thn), mulailah agama-agama asia (Manicheisme, Zoroaster, dan Islam)
masuk ke cina, namun Kekristen dan agama-agama lain tidak berkembang karena
kebudayaan dan adat istiadat sudah menghidup di kehidupan orang-orang China.[13]
C. Beberapa
penyebab tidak berhasilnya dalam perluasan Injil, yaitu :[14]
1. Penyebab tidak berhasil perluasan dalam
kekristenan pada saat itu, karena rahib-rahib Nestorian suka mengasingkan diri
dan memandang remeh pernikahan, sedangkan agama Kong Hu Cu menekankan hidup
berkeluarga, walalupun secara etika ajaran Kristen dengan Khong Hu Cu banyak
kesamaan.
2. Karena agama Budha menganggap Kristen sebagai
persaing, sehingga tokoh-tokoh Budha dengan keras menantang kedatangan para
rahib Kristen dan menyerang biara-biara Kristen.
3. Karena teologi Gereja Nestorian lemah,
anggapan dari ahli teologi pada masa lalu.
Pada tahun 651, 713 dan 732, beberapa
misionaris Nestorian datang ke Cina dalam rombongan duta Arab, Gereja bertambah
besar, meskipun sejumlah jemaat adalah orang asing. Dalam masa-masa tahun
tersebut tentu banyak proses yang dilalui, seperti terjadi penyerangan pada
tahun 712 karena Wu Hou naik takhta setelah kematian Kao Tsung dan Wu Hou
adalah penganut Budha Fanatik, sehingga agama Budha dinyatakan agama Negara
(tahun 691). Pada tahun 712, Hsuan Tsung, naik takhta menggantikan Wu Hou,
pergantian tersebut menjadi kebaikan bagi umat Kristen karena biara Kristen di
Ch’ang-an dibangun kembali.[15]
2. PERKEMBANGAN
KE KRISTENAN DI TAIWAN
Pada abad ke-15 orang-orang
pegunungan di Taiwan menyebut Tayouan khusus untuk daerah pegunungan yang
mereka tempati.Namun, pada akhir masa kekuasaan Dinasti Ming, namaTayouan
(Taaiwoan) digunakan untuk keseluruhan pulau tersebut. Lalu, pada pertengahan
abad ke-16 Portugis sampai ke pulau ini.Orang-orang Portugis menyebutnya dengan
Formosa yang artinya pulau yang indah.Sejak saat itu pula, Taiwan juga dikenal
dengan sebutan Formosa. (CCA 1979, 91).[16]
Kegiatan Pekabaran Injil masuk ke
Taiwan pada sekitar abad ke-17.Ada dua gelombang kegiatan Pekabaran Injil, yang
pertama dilakukan oleh orang-orang Reformed Belanda (1624-62) dan orang-orang
Dominikus Spanyol (1626-42).Sedangkan yang kedua (1859-1895) dilakukan oleh
orang-orang Inggris. (CCA 1979, 93-95) Pekerjaan Pekabaran Injil tersendat
hingga abad ke-19.Baru, setelah adanya kesepakatan antara pemerintahan Cina
dengan Inggris kegiatan Pekabaran Injil dapat berjalan kembali.
Pada tahun 1949, orang-orang Cina
daratan masuk ke Taiwan. Di saat yang sama masuk juga, Jiang Kai-shek ke
wilayah tersebut. Ia adalah pemimpin kubu nasionalis yang bernama Kuo Min Tang,
yang saat itu tengah berperang dengan kubu komunis di bawah pimpinan Mao
Zedong.Jiang Kai-shek dan keluarganya yang adalah penganut Kristenmewajibkan
buku renungan karangan Ni Dosheng, yang berjudul Sungai-sungai di Padang Gurun,
diedarkan di antara para tentara.Selain itu, Ibu Jiang pun turut berperan dalam
mengadakan pertemuan penelaahan Alkitab bagi pegawai negeri.Itulah salah
satucara kekristenan berkembang pesat di Taiwan.(Ruck 1995, 293).
Kekeristenan yang bertumbuh di
Taiwan berbeda dengan kekristenan di Cina daratan. Kekristenan masuk ke wilayah
Taiwan tidak bersamaan dengan kolonialisme. Oleh karenanya, teologi di Taiwan
tidak mengenal adanya bentuk penolakan atau anti Barat, sebagaimana terjadi di
Cina. Muncul Gerakan New voice of Clergy dan kebijakan Konsili Vatikan II dalam
perkembangan teologi kontekstual Roma Katolik diduga memberi warna tersendiri
bagi kekristenan di Taiwan. Sedangkan, hadirnya lembaga studi teologi di Tainan
yang dipelopori oleh Gereja Presbiterian diduga menjadi pengaruh kuat dari kaum
Prostestan di Taiwan pada kisaran tahun 1949-1962. Upaya berteologi kontekstual
menjadi basis dari kegiatan Penginjilan yang dilakukan Seminari Prostestan ini.
(England 1981, 63).[17]
BAB III
KESIMPULAN
Dari setiap pembelajaran sejarah
Gereja di Cina, maka perkembangan Gereja di Cina terlihat jatuh bangun karena
penganiayaan yang dihadapi, namun dibalik penganiayaan yang terjadi menimbulkan
kekuatan untuk bersatu dalam pemberitaan Injil baik gereja di bawah tanah,
ataupun Gereja di Shanghai pada masa penganiayaan. Maka terlihat sejarah gereja di Cina, menjadi pokok
kesatuan yaitu Injil yang berapi-api di negeri Tiongkok dari para tokoh-tokoh
Penginjil, bukan hanya memberitakan karya keselamatan, tetapi juga membangun
bangsa Cina untuk berpendidikan dan berpikiran modern dalam menghadapi masa
krisis ekonomi.
Kekristenan
di Cina dan Taiwan mengalami konteks yang berbeda. Pekerjaan Pekabaran Injil di
Cina lebih cenderung mengalami ketegangan dalam persoalan politik dan sosial
terkait dengan adanya kolonialisme. Sedangkan di Taiwan, kekristenan lebih
mudah diterima karena kekristenan tidak datang bersamaan dengan para
kolonialis.
Perkembangan
teologi yang ada di Cina dan Taiwan pun memiliki kecenderungannya tersendiri
sekalipun sama-sama berbasis kontekstualisasi. Di Cina, kekristenan dipandang
sebagai bagian dari tradisi dan budaya barat. Oleh karenanya penolakan terhadap
budaya barat hadir di Cina. Sedangkan perkembangan teologi di Taiwan yang tidak
mengalami westernisasi, tidak menunjukkan adanya upaya atau sikap anti terhadap
tradisi ataupun budaya Barat.
[2] Moffet, S. H. (2005). A History
of Christianity in Asia 2. Orbis Book: New York.
[3] Ruck, A. (1995). Sejarah Gereja
Asia. Jakarta: Bpk Gunung Mulia.
[4]
Song, C. S. (1990). Allah yang Turut Menderita.Jakarta: Bpk Gunung Mulia.
[5]
Wetzel, K. (2000). Kompedium Sejarah Gereja Asia. Malang: Gandum Mas.
[6]
Berkhof,H , Sejarah Gereja, Jakarta : Gunung Mulia, cek 5: 1986.
[7]
DeJonge, Christiaan, Menuju Keesaan Gereja , Jakarta : Gunung Mulia, cet-2,
1993
[8]
Ruck, Anne, Sejarah Gereja Asia, Jakarta: Gunung Mulia, 2008.
[9]
Ruck, Anne, Sejarah Gereja Asia, Jakarta: Gunung Mulia, 2008.
[10]
Stock, E, The History of the Church Missionary Society, London: CMS, 1899
[11]
Berkhof,H , Sejarah Gereja, Jakarta : Gunung Mulia, cek 5: 1986.
[12]
Wongso, Peter, Seri Diktat :Sejarah Gereja, Malang :Seminari Alkitab Asia
Tenggara, cetakan II :1996
[13]
Anne Ruck. Sejarah Gereja Asia. (Jakarta: Gunung Mulia, Cek 8 :2008)
[14]
www.sabda.org/misi/artikel_isi.php?id=5 29 April 2017, pukul 18:07 WIB.
[15]www.sabda.org/misi/artikel_isi.php?id=5
29 April 2017, pukul 18:07 WIB.
[16]
Peter Wongso. Seri Diktat :Sejarah Gereja. (Malang :Seminari Alkitab Asia
Tenggara, cetakan II :1996).
[17]
www.suarakristen.com/blog/2017/02/22/sekilas-misi-protestan-di-cina
Program Seminar Iman dan Doa
PROGRAM SEMINAR IMAN DAN DOA
Seminar Pandangan warga gereja umum terhadap pemahaman iman
Topik : Seminar umum
tentang pemahaman iman menurut Ibrani 11 : 1
Sub
Topik : Pemahaman warga gereja tentang iman dan Doa
PERTEMUAN
|
PEMBAHASAN PEMBELAJARAN
|
ALOKASI WAKTU
|
JUMLAH JAM PERTEMUAN
|
I
|
1. Menjelaskan pengertian
dan ruang lingkup iman dan doa :
|
10 x 45
|
2 x 45
|
1. 1
Pengertian Iman dan doa
|
|||
1. 2. Pemahaman
tentang doa
|
2 x 45
|
||
1. 3. Pemahaman
Tentang Iman
|
2 x 45
|
||
1. 4. Fungsi dari Doa
|
2 x 45
|
||
1. 5. Fungsi dari iman
|
2 x 45
|
||
2. Menjelaskan pemahaman warga terhadap iman dan doa
|
6 x 45
|
2 x 45
|
|
2. 1. Tradisi beriman dalam iman kristen
|
|||
2. 2. Tradisi berdoa dalam iman kristen
|
2 x 45
|
||
2. 3. Perkembangan iman dan doa dalam kehidupan warga gereja
|
2 x 45
|
||
3. Mendeskripsikan
dasar-dasar iman dan doa
|
8 x 45
|
2 x 45
|
|
3. 1. Tahapan penelitian warga gereja
dalam kehidupan bermasyarakat
|
|||
3. 2. Sumber, bukti dan fakta sejarah
|
2 x 45
|
||
3. 3. Jenis – jenis iman
dan doa
|
2 x 45
|
||
3. 4. Prinsip-prinsip dasar dalam
penelitian sejarah lisan
|
2 x 45
|
||
II
|
4.
Merekonstruksikan kehidupan awal masyarakat di Indonesia
|
12
X 45
|
4 x 45
|
4. 1. Proses muncul dan berkembangnya
manusia dan masyarakat paling awal dikepulauan Indonesia
|
|||
4. 2. Proses perkembangan manusia
purba di Indonesia
|
4 x 45
|
||
4. 3. Proses perkembangan social
ekonomi dan kebudayaan manusia purba di Indonesia
|
4 x 45
|
||
5. Merekonstruksi
peradaban awal masyarakat di indonesia
|
12 X 45
|
4 x 45
|
|
5. 1. Kebudayaan yang berpengaruh di
Indonesia
|
|||
5. 2. Pusat-pusat peradaban kuno di
dunia
|
|
8 X 45
|
|
6. Asal usul dan
persebaran manusia dikepulauan Indonesia
|
8 x 45
|
2 x 45
|
|
6. 1. Persebaran manusia purba
kewilayah Indonesia
|
|||
6. 2. Bangsa Austronesia sebagai
nenek moyang bangsa Indonesia
|
4 x 45
|
||
6. 3. Peninggalan bersejarah yang ada
disekitar kita
|
2 X 45
|
Langganan:
Postingan (Atom)
-
BAB I PENDAHULUAN Sejarah Gereja di Cina dan Taiwan, menjadi pembelajaran dalam penginjilan bahkan menjadi studi historis dari penga...
-
TUGAS LAPORAN BACAAN JUDUL BUKU : EKSPOSISI INJIL SINOPTIK PENGARANG...
-
TUGAS MAKALAH EKSPOSISI KITAB MATIUS 6 : 31-34 MATA KULIAH : EKSPOSISI INJIL SIN...